Lewat FGD,Kembangkan Konektivitas Destinasi Ekowisata Jatim-Bali
JELAJAH NUSA – Focus Group Discussion (FGD) menjadi salah satu garda terdepan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan. Dipengunujung tahun ini,Kementerian Pariwisata kembali menggelar FGD Pengembangan Klasterisasi Destinasi Ekowisata Jawa Timur – Bali.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizki Handayani Mustafa, FGD yang akan dilangsungkan di Hotel Santika, Banyuwangi, hari ini, Jumat (2/11/2018) akan melibatkan stakeholder terkait.
“FGD ini bertema ‘Pengembangan Konektivitas Destinasi Ekowisata Terpadu Klaster Jawa Timur – Bali’. Yang nantinya akan mengundang seluruh stakeholder untuk duduk bersama membangun destinasi ekowisata di kawasan Jatim dan Bali. Bali akan diwakili oleh Kabupaten Jembrana,” kata Rizki Handayani yang biasa disapa Kiki, dalam keterangan tertulis, Kamis (1/11/2018).
Menurut Kiki, FGD ini penting untuk pengembangan pariwisata Indonesia. Pasalnya, kecenderungan wisatawan dunia telah bergeser ke arah ekowisata. Oleh karena itu, pengembangan klaster sangat ideal. Sebab, kawasan klaster memiliki keunikan serta keindahan tersendiri dan menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Selain itu, harmonisasi antara destinasi satu dengan destinasi lainnya mutlak dilakukan. Sehingga antara destinasi satu dengan lainnya dapat saling mendukung dan menguatkan bukan menimbulkan persaingan.
“Konsep wisata back to nature merupakan tren terkini yang menjadi incaran wisatawan dunia. Klaster ini diharapkan dapat bersinergi dengan baik, sehingga target kunjungan wisman dari sektor ekowisata/wisata alam dapat memberikan sumbangsih yang signifikan,” ungkap Kiki.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alex Reyaan mengatakan, dipilihnya Jatim dan Bali sebagai lokasi pengembangan bukan tanpa alasan. Secara geografis keduanya memiliki letak yang berdekatan. Hal tersebut menyebabkan daerah ini memiliki konektivitas serta keterkaitan yang cukup baik.
Selain itu, kedua daerah juga memiliki lokasi ekowisata yang cukup menarik. Misalnya Jatim, provinsi ini memiliki beragam kawasan ekowisata.
Seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Serta Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Taman Nasional Baluran (TNB) hingga Taman Wisata Alam Kawah Ijen (TWA Kawah Ijen). Sedangkan Kabupaten Jembrana diwakili oleh lokasi Ekowisata Taman Nasional Bali Barat (TNBB).
“Konsep ini dilahirkan guna menciptakan suatu opsi lain dalam kegiatan pariwisata. Mengingat dalam pengembangan ideal ekowisata, lokasi satu dengan yang lainnya agar dapat saling menguatkan dan mendukung. Sehingga, menimbulkan harmonisasi pengelolaan ekowisata yang baik. Maka dari itu, diusulkan konsep pengembangan klasteriasi pengembangan ekowisata Jatim – Bali,” paparnya.
Alex menambahkan, program ini semakin meningkat daya saing pariwisata Indonesia. Karena ekowisata merupakan bagian dari pariwisata berkelanjutan dan bisa meningkatkan daya saing pariwisata.
Berdasarkan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), World Economic Forum (WEF), tahun 2017 daya saing pariwisata Indonesia naik ke peringkat 42 dari peringkat 50 ditahun 2015.
“Komitmen pemerintah ditunjukkan dengan menghubungkan sebagian besar target dan indikator SDGs ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Selain itu, Kemenpar juga mengeluarkan Peraturan Menteri Pariwisata No. 14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, sehingga acuannya pun jelas,” terang Alex.
Menteri Pariwisata Arief Yahya, menyambut baik pelaksanaan FGD tersebut. Dengan adanya kerjasama yang baik maka percepatan pembangunan ekowisata dapat dilakukan.
Arief berpandangan, bahwa natural maupun cultural itu harus lestari, harus sustainable, agar bisa menjadi sumber devisa yang tak ada hentinya. Sehingga, makin mensejahterakan masyarakat, itulah tujuan dari pariwisata berkelanjutan.
“Kemenpar akan terus mendorong hal tersebut. Komitmen kami adalah menjadikan pariwisata sebagai leading sektor perekonomian masyarakat,” kata Arief.
Hanya dengan ekowisata yang mengedepankan konsep pariwisata berkelanjutan, tujuan pengembangan itu dapat terwujud.
(adh)