Panser Peninggalan Belanda Bisa Menjadi Wisata Sejarah

Sungai Citanduy yang melintasi lingkungan Parungsari,Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja,Kota Banjar, Jawa Barat selana kemarau menjadi surut. Kondisi ini menjadi daya tarik untuk para traveler menyusuri sungai yang tenang. Foto:Jelajah Nusa/adhi

JELAJAH NUSA – Masyarakat di Lingkungan Parungsari, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat berharap panser dan tank milik kolonial Belanda yang terbenam di sungai Citanduy bisa diangkat.

Dengan cara itu maka generasi muda saat ini bisa mengenal sejarah perjuangan Indonesia. Selain itu, keberadan panser dan tank Belanda ini bisa menjadi spot wisata baru yang menarik.

Belakangan warga setempat kembali dikejutkan dengan kemuncunlan kendaraan lapis baja sisa penjajahan Belanda yang selama ini terendam air dan pasir.Saat Sungai Citanduy surut tajam dan airnya jernih tank-tank itu menyembul.

Informasi yang dihimpun, Rabu, 10 Oktober 2018, kendaraan lapis baja tersebut ditemukan pada tahun 2011. Bermula ketika ada enam tukang rongsok menggali pasir.

Mereka melakukan hal itu setelah mendegar cerita bahwa disekitar tempat tersebut ada kendaraan lapis baja sisa peninggalan penjajahan Belanda.

Setelah beberapa saat menggali, mereka terkejut ketika melihat logam yang dipercaya kendaraan lapis baja yang tengah dicari.

Sungai Citanduy mengalami surut selama musim kemarau. Foto:adhi

Hanya saja penggalian tidak diteruskan, karena hanya baru empat hari, air Sungai Citanduy yang semula surut, debitnya kembali naik hingga temuannya kembali tertimbun pasir.

“Ketika baru menemukan lapisan baja, air Sungai Citanduy kembali naik. Air naik yang pertama kotor, temuan kembali hilang tertimbun lumpur. Tidak setiap musim kemarau lapis baja terlihat, sekarang air surut tajam dan airnya jernih sehingga kembali terlihat,” tutur Otang (64) warga parungsari yang tidak jauh dari lokasi temuan.

Dia mengungkapkan Tahun 2012 kendaraan tersebut kembali terlihat. Bahkan lokasi tersebut menjadi tempat anak-anak bermain dan berenang. Mereka berdiri di atas bagian kendaraan lapis baja yang terendam air.

“Waktu itu juga lempengan baja bagian atas kembali terlihat. Itu pun tidak berlangsung lama, karena keburu datang hujan. Waktu itu ratusan orang penasaran ingin melihat, mirip tempat wisata dadakan. Tahun ini kembali terlihat, mungkin juga tidak bakal lama karena muncul tanda-tanda bakal hujan,” katanya.

Warga sekitar Sungai Citanduy memanfaatkan air surt untuk memancing. Foto:adhi

Otang yang didampingi Hermanto, warga lainnya, mengungkapkan versi yang berkembang berkenaan keberadaan kendaraan lapis baja yang terendam di Sungai Citanduy.

Kendaraan  tersebut dipercaya sebagai  panser milik penjajah Belanda. Kendaraan tersebut digunakan dalam upaya melarikan diri ketika terjadi pertempuran  di wilayah Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.

“Orang tua saya dulu pernah bercerita, kendaraan tersebut panser, bukan tank, karena bagian rodanya bukan besi tetapi ban atau karet. Waktu itu para pejuang berhasil mengejar panser yang kehabisan bahan bakar,” ungkapnya.

Sebelumnya kendaraan berada di sekitar batu Engko sekitar 300 meter arah hulu dari tempatnya saat ini. Seiring perjalanan waktu, kendaraan tersebut terbawa banjir Sungai Citanduy.

Jalan menuju Sungai Citanduy harus melewati hutan bambu. Foto:adhi

Versi lain, tambahnya, tank milik Belanda hendak melarikan diri saat peperangan di kecamatan pamarican. Untuk menghentikan rencana tersebut, akhirnya jembatan Sungai Citanduy sisi sebelah selatan dihancurkan, hingga tank terjun ke Sungai Citanduy.

“Diterjang banjir, terus bergeser hingga lokasi saat ini. Dulu waktu masih kecil, saya bersama teman juga sering bermain di atas bangkai panser yang sebagian besar tertimbun pasir. Sebelumnya pernah ada upaya kembali menangkat, tetapi gagal,” katanya.

Sementara itu Hermanto berharap agar instansi terkait berupaya kembali mengangkat kendaraan lapis baja. Setidaknya hal itu kendaraan tersbeut juga saksi bisu masa pejuang melepaskan diri dari belenggu penjajah Belanda.

“Apabla berhasil diangkat juga dapat dijadikan koleksi museum.Dapat kendaraan tersebut  dipajang di Taman Kota atau tempat lain. Ini menarik, karena banyak generasi sekarang yang tidak mengetahui sejarah kendaraan tersebut,” ungjap Hermanto.

(adh/pr)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya