Begini Uniknya Cara Berwisata Generasi Milenial
JELAJAH NUSA – Perubahan perilaku wisatawan milenial memang unik. Mereka memiliki pola-pola tersendiri.Terutama di Indonesia. Sementara wisatawan asia lainnya tak terlalu mainstream. Mereka dalam satu tahun memiliki waktu bepergian rata-rata dua kali, dengan jarak destinasi wisata yang tidak kurang dari empat jam perjalanan, darat laut, maupun udara.
“Kalau wisatawan Indonesia sangat impulsive, jangan nunggu musim liburan, hari kejepit saja sangat berarti bagi milenial Indonesia buat wisata,” kata Rhenald Kasali,Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia saat berbicara dalam FGD (Focus Group Discusstion) Millennial Tourism yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar), di Jakarta, Kamis (18/10/2018).
Sementara untuk destinasi, wisatawan milenial Indonesia juga masih dominan memilih di dalam area domestik ataupun area Asia Tenggara, dan Asia.
“Milenial Indonesia itu suka yang di dalam region, terutama domestik yang anti-mainstream sangat disukai milenial Indonesia. Berbeda dengan milenial China yang sangat menyukai destinasi populer di negara-negara Asia,” tutur Rhenald.
Untuk media informasi, milenial Indonesia masih cukup kuat di word of mouth atau testimoni kenalannya. Testimoni tersebut tidak hanya di dunia nyata, tetapi banyak di dunia media sosial, salah satunya berbentuk review.
“Vlog dan blog juga jadi chanel rekomendasi utama untuk millennials Indonesia. Bukan lagi buku-buku katalog wisata,” ungkap Rhenald.
Ada satu fenomena unik yang belum dimiliki wisatawan milenial di negara lain, yaitu menyukai jasa titip (jastip) dan bisnis titip saat berwisata.
Menurut Rhenald Kasali, banyak wisatawan milenial Indonesia yang menambah penghasilan dari hal tersebut.
“Bahkan dia niat wisata ke Korea untuk balik modal, untung malah karena banyak yang nitip di jastipnya. Ini terjadi bukan hanya ke luar negeri, bahkan sampai di kotanya sendiri, kalau jalan ke mall nemu barang bagus dijastip-in,” kata Rhenald Kasali.
(adh/kom)