Geopark Ranah Minang Perlu Ditingkatkan Melalui Jalur Wisata
JELAJAH NUSA – Penyusunan jalur wisata geowisata di Ranah Minang,Sumatera Barat menjadi sesuatu hal yang penting.Potensi geowisata di Sumbar perlu diperkuat agar memiliki daya saing yang tinggi.Seperti pengembangan Geopark Ranah Minang dan 9 spot potensial lainnya. Jika potensi ini sudah digali maka muaranya, peningkatan kunjungan wisatawan.
Demikianlah benang merah yang digagas oleh stakeholder pariwisata melalui Focus Group Discussion (FGD), Senin (24/9/2018) lalu di Hotel Pangeran Beach, Kota Padang, Sumbar.
Tema besarnya PGD Penyusunan Jalur Wisata Geowisata. Treatment ini sebagai jawaban atas melimpahnya potensi alam, terutama di area Sumbar. Selain, Geopark menjadi daya tarik wisata unggulan Indonesia.
“Saat ini ada banyak potensi alam di sini. Jadi, saat ini penguatannya pada identifikasi potensinya. Sebab, ada banyak yang harus disiapkan dalam Penyusunan Jalur wisata,” ungkap Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan.
Untuk menggulirkan konsep Penyusunan Jalur Wisata harus dilakukan pada sebuah geopark. Geopark ini mendapat pengakuan status nasional atau pun dunia dari Unesco. Geopark ini merupakan program tourism sustainable. Konsep sustainable yang diusung berupa konservasi alam dan pemberdayaan dari komunitas masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bermuara pada sustainable ekonomi. Artinya, posisi geopark ini memiliki basis berupa kekuatan ekonomi yang luar biasa.
“Posisi geopark di Sumbar dalam tahap menginspirasi. Jadi, geopark harus memiliki value kuat berupa ekonomi. Sustainable yang dilakukan ini menggunakan pendekatan ekonomi. Dan, geopark ini harus berorientasi kepada ekonomi,” katanya.
Mengacu pada potensinya, Sumbar memiliki 9 geopark. Geopark itu diantaranya, Ngarai Sianok (A
Maninjau (Agam), Terusan Kamang Mudiak (Agam), Silokek (Sijunjung), juga Lembah Harau (Limapuluhkota). Ada juga Danau Singkarak (Tanah Datar dan Solok), Goa Batu Kapai (Solok Selatan), Situs Pertambangan (Sawahlunto), hingga Danau Kembar (Solok).
“Identifikasi potensi di Sumbar ini sangat besar. Ada banyak geopark didalamnya. Jadi, diharapkan FGD ini secepatnya bisa mengidentifikasi pengembagan jalur wisata. Lalu, penentuan tema utama dan subnya sesuai dengan standar yang dimiliki Unesco,” ujar Alex lagi.
Ada beberapa konsep dalam Penyusunan Jalur Geowisata. Diantaranya, jalur wisata yang dikaitkan dengan potensi sumber daya geologinya.
Faktor keanekaragaman hayati dan budaya ikut diperhatikan. Lalu, penguatan melalui potensi pendukung. Tujuannya, agar destinasi wisata menarik juga memiliki daya saing yang besar.
“Namun, yang terpenting adalah perilaku manusianya. Dengan pemberian status Geopark, diharapkan ada perubahan sikap masyarakat. Mereka lebih disiplin. Tidak membuang sampah sembarangan. Tidak merusak lingkungan. Lebih penting lagi, mereka bangga dengan warisan alam dan budayanya,” ujarnya.
Terkait dengan isu lingkungan, daya saing Pariwisata Alam Indonesia sangat menjanjikan. Mengacu dari The Travel and Tourism Competitiveness (TTCI) di tahun 2017, Pariwisata Alam Indonesia berada di urutan 14 dari 136 negara. Lingkungan pun jadi key factor dalam pembangunan berkelanjutan. Apalagi, Sumbar memiliki unsur arkeologi, ekologi, dan budaya.
“Sumbar sebenarnya sudah memiliki konsep geopark global. Bentuknya Geopark Tanah Minang. Untuk itu, kami sudah membuat perencanaan kegiatan beserta anggarannya.
Konsep ini sudah dimasukan di dalam APBD Sumbar 2018-2019,” ujar dari Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Doni Hendra yang mewakili Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar.
Penguatan konsep Penyusunan Jalur Geowisata di Sumbar pun mendapat apresiasi Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar pun menjelaskan, dukungan penuh akan diberikan kepada Sumar.
“Ini konsep yang bagus. Penguatan konsep geopark di Sumbar harus dilakukan. Potensi di sana sebenarnya sangat tinggi. Kami akan memberikan mensupport,”pungkasnya.
(adh)