Tiga Ikonik Bandung Yang Makin Ciamik

Gedung Sate di Kota Bandung,Jawa Barat ini tetap menjadi ikon wisata abadi. Selalu saja meninggalkan kenangan indah sekarang dan masa lalu. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Perhelatan api obor Asian Games 2018 telah berlalu dari Kota Bandung,Jawa Barat. Namun tidak untuk kesan para wisatawan terhadap kota kembang ini. Banyak hal baru yang telah ditemui,termasuk jejak wisata masa lalu yang sampai saat ini masih menarik untuk dikunjungi.

Nah, ada tiga ikonik wisata sejarah Bandung yang sudah mengalami berbagai berbaikan, sehingga objek wisata ini semakin ciami saja.

Lapangan Gasibu dan Air Mancur Gasibu

 

Saat ini Lapangan Gasibu sudah dipercantik oleh Pemda, membuat tempat nongkrong ini semakin disukai warga Bandung.

Lapangan Gasibu juga sering digunakan untuk berolahraga karena terdapat jogging track di sekitar lapangan.

Terdapat air mancur dengan teknik dry musical fountain yang sering diincar para wisatawan. Air mancur dengan kecanggihannya ini menari dan menyemprotkan air setinggi 2-6 meter dari 62 lubang selama 3-4 menit.

Bisa dinikmati pada sore hari pukul 17.00 WIB dan malam hari pukul 19.00 WIB dan 21.00 WIB.  Di sini juga terdapat fasilitas umum, seperti perpustakaan, mushola, dan toilet.Perpustakaannya memiliki koleksi buku yang cukup lengkap.

Tempatnya juga sangat nyaman, dengan delapan komputer yang bisa Anda akses e-book atau e-library. Tempat ini juga sering digunakan warga Bandung untuk mengisi waktu senja, mereka biasa duduk-duduk di tangga Lapangan Gasibu.

Museum Pos Indonesia

 

Gedung Museum Pos Indonesia yang telah berdiri sejak tahun 1931 ini terletak di Jalan Cikal 72, Bandung. Gedung ini juga satu lokasi dengan Kantor Pos Indonesia yang masih aktif sampai saat ini. Untuk menikmati fasilitas ini Anda tidak perlu membayar biaya masuk, Anda cukup mengisi buku tamu yang tersedia di sana.

Anda bisa melihat berbagai koleksi Pos Indonesia mulai dari perangko, peralatan pos, dan benda bersejarah pos dari masa ke masa.

Seperti beberapa koleksi bis surat yang saat ini sudah jarang dijumpai di pinggir jalan. Dahulu terdapat berbagai macam bis surat, seperti untuk masyarakat umum, hingga untuk pelajar.

Terdapat diorama yang menjelaskan bagaimana Pos Keliling Desa memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kendaraan yang digunakan dahulu berupa motor dan sepeda ontel. Terdapat ruang social center yang dihadirkan untuk pengunjung bisa melakukan praktek yang berhubungan dengan kegiatan pos.

Seperti menulis surat, menempel prangko, pengecapan dan pengeposan surat pada bis surat.

Anda bisa berkunjung ke museum ini pada hari Senin-Jumat pada pukul 09.00-16.00 WIB dan hari Sabtu pada pukul 09.00-14.00 WIB.

Gedung Sate

 

Siapa yang tak kenal Gedung Sate? Gedung ikonik ditengah kota Bandung dengan penangkal petir di puncak Menara berbentuk seperti enam bulatan dalam tusuk sate. Gedung Sate terletak berhadapan dengan Lapangan Gasibu.

Dulu gedung ini digunakan untuk Kantor Departement Verkeer en Waterstaat (Departemen Lalu Lintas dan Pekerjaan umum), kemudian sempat menjadi pusat pemerintahaan Hindia Belanda.

Mulai tahun 1980 gedung utama dipakai sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat dan gedung timur sebagai Museum Pos. Gedung samping barat yang baru dibangun pada tahun 1977, digunakan sebagai kantor DPRD Jawa Barat.

Karena gedung ini telah dialihfungsikan sebagai kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat, maka akses untuk masuk ke dalam gedung sangat terbatas.

Namun Anda tidak perlu khawatir, saat ini terdapat museum Gedung Sate seluas 500 meter persegi. Di dalam museum Anda bisa mendalami sejarah pembuatan gedung tersebut.

Di sana pengunjung akan dimanjakan dengan teknologi visual digital dan video mapping yang cukup canggih seperti yang terdapat di ruang film, ruang architarium, ruang augmented reality, ruang virtual reality, dan ruang display.

Ada tour guide yang akan menjelaskan selama Anda mengelilingi museum. Juga terdapat balon udara sungguhan, menggunakan teknologi virtual reality pengunjung akan merasakan sensasi terbang di udara sambi melihat situasi awal di sekitar Gedung Sate yang dulunya masih lahan kosong nan hijau.

Terdapat teknologi augmented reality yang memberikan sensasi menjadi mandor dalam proyek pembangunan Gedung Sate di zaman kolonial.

Museum Gedung Sate dibuka secara gratis mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB setiap hari.

(adh/kom)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya