Menpar: Pariwisata Sudah Menjadi Core Economy Bangsa
JELAJAH NUSA – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi upaya Orchid Forest Cikole dalam mengembangkan destinasi digital dan nomadic tourism. Hal ini selaras dengan program strategis Kemenpar dalam mencapai target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan pergerakan 270 juta wisatawan nusantara (wisnus) tahun ini.
“Melalui kerja sama yang baik akan tercipta sebuah harmonisasi sekaligus mempercepat pembangunan pariwisata di Indonesia. Apalagi kini pariwisata telah ditetapkan menjadi core economy bangsa,” demikian disampaikan menpar Arief Yahya saat meresmikan Orchid Forest Cikole, Lembang, Bandung, Jawa Barat (Jabar) sebagai destinasi digital dan nomadic tourism,Jumat (24/8/2018).
Kawasan hutan pinus seluas 12 hektare ini dikembangkan sebagai obyek wisata edukasi (edu-tourism) dengan pembudiyaan anggrek (Orchid House) sebagai brand Orchid Forest Cikole.
Arief Yahya mengatakan hadirnya pelaku usaha (industri) untuk mengembangkan pariwisata merupakan hal penting karena tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah saja
Destinasi digital adalah sebuah produk pariwisata yang kreatif dan dikemas secara kekinian (zaman now).
“Keinginan generasi milenial maupun individu yang senang ‘berbagi’ di media sosial menjadi potensi baik untuk meningkatkan pariwisata dunia digital ini. Kalau menurut bahasa anak muda adalah destinasi yang instagramable,” kata Menpar Arief Yahya didampingi Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara dan Maulana “Barry” Akbar, CEO Orchid Forest Cikole.
Sebelumnya Orchid Forest Cikole Lembang Bandung ini telah melakukan nota kesempahaman (MoU) dalam Co-branding Wonderful Indonesia dengan Kemenpar pada 08 Agustus 2018, kemudian dilanjutkan dengan kerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung pada 10 Agustus 2018 untuk memperkuat sumber daya manusia (SDM) dalam mengembangkan destinasi digital dan nomadic tourism.
Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara mengatakan kerja sama Kemenpar melalui brand Wonderful Indonesia dengan co-branding partner merupakan sinergi simbiosis mutualisme yang akan memberi manfaat pada kedua belah pihak.
“Brand Wonderful Indonesia (WI) memiliki posisi tawar tinggi di dunia, dengan melakukan co-branding kita melakukan efisiensi anggaran, co-creation, dan meningkatkan exposure masing-masing brand,” kata Ukus Kuswara.
Maulana “Barry” Akbar mengatakan, untuk mengembangkan Orchid Forest Cikole sebagai destinasi digital pihaknya akan terus melengkapi teknologi digital terkini.
“Ke depan kami akan memasang sensor gerak dan suara sehingga ketika pengunjung berjalan-jalan keliling taman pada malam hari, lampu taman akan menyala sendiri di sekitar pergerakan orang,” kata Barry.
Orchid Forest sendiri adalah taman wisata yang memadukan konsep edu-tourism, eco-tourism, dan sport-tourism. Semua dibalut dengan suasana keindahan alam hutan pinus dan pesona anggrek spesies dan hybrid.
Selain itu dilengkapi dengan konsep entertain seperti kegiatan outbound, pujasera, dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya yang di kemas dengan tema “One Stop Family Adventure”.
“Diharapkan, Orchid Forest menjadi destinasi unggulan nasional dan diterima oleh masyarakat luas serta menggerakan roda perekonomian rakyat sekitar dengan mengangkat budaya kearifan lokal,” ujarnya.
Permainan lighting di malam hari memang romatis. Cahaya warna-warni menyorot ke arah batang-batang pinus yang usianya sudah ratusan tahun. Ada garden of light, instalasi taman lampu yang interaktif, mirip bunga yang berganti-ganti warna.
Ada juga Wood Bridge. Jembatan gantung 150 m, yang menyala di malam hari. Jika malam, pengunjung bisa selfi dan foto-foto di atas jembatan yang bisa bergoyang-goyang, dari pohon ke pohon.
Taman Neon juga cukup menyedot perhatian pengunjung. Neon bulat-bulat yang disusun vertikal yang menjadi penghias suasana malam.
“Ada teras paphio, lapangan multifungsi, ada aphitheathre dengan tempat duduk dari kayu untuk menyaksikan atraksi,” kata Barry.
(adh)