Hutan Cikole Viral Karena Kemolekannya
JELAJAH NUSA – Berlibur di Lembang,Bandung,Jawa Barat rasanya ada yang tertinggal sebelum mampir ke Orchid Forest Cikole. Kawasan destinasi ini sekarang sedang menjadi pembicaraan wisatawan mancanegara. Maklum, selain alamnya yang masih natural juga banyak spot foto yang instagramble pisan.
Sejak dibuka Desember 2017 sialm, pengunjung Orchid Forest Cikole sudah mencapai 50 ribu orang. Mereka tidak saja datang dari dalam negeri,tetapi juga beberapa negara.
“Pembukaan ini baru open trial belum soft opening, sekarang sedikitnya ada 1.000 orang yang datang setiap hari. Bahkan sehari menjelang libur Idul Fitri jumlah pengunjung mencapai sekitar 10 ribu pengunjung per hari,” kata Kepala pemasaran Orchid Forest Cikole, Nexa Paisan,kemarin.
Nexa menjelaskan objek wisata alam ini mengusung konsep wisata digital (digital tourism), di mana target terbesarnya adalah kalangan anak muda yang sangat antusias berburu lokasi unik untuk diunggah dan dipamerkan di media sosial.
Salah satu titik andalan dari Orchid Forest Cikole yaitu jembatan gantung yang terbentang sepanjang 500 meter dan dihiasi cahaya lampu kala malam hari.
Selain itu juga Garden of Lights (Taman Cahaya) di mana cahaya lampu memberikan nuansa hangat di malam hari yang gelap nan dingin di tengah hutan pinus.
“Kita di sini andalannya memang spot selfie, di mana-mana kita kasih sesuatu yang unik, seperti gerbang-gerbang segitiga ini, bahkan banyak yang berpose di toilet dengan bangunan unik,” kata Nexa.
Dengan membayar tiket Rp35 ribu per orang, di mana di dalamnya juga sudah termasuk asuransi dari Perhutani, pengunjung bisa sepuasnya mengitari kawasan dengan luas 14 hektare tersebut.
Sesuai dengan namanya Orchid Forest Cikole atau hutan anggrek, tempat tersebut juga rumah bagi hampir seribu jenis anggrek, baik yang sering dijumpai maupun yang langka.
Anggrek-anggrek langka ditempatkan di rumah kaca khusus yang disesuaikan kelembapan serta suhunya.
“Jadi, kita di sini enggak cuma jalan-jalan capai, tapi juga ada unsur edukasi bisa belajar tentang anggrek,” ujar Nexa.
Selain berfoto, Nexa ingin pengunjung juga mendapat edukasi mengenai tanaman anggrek dalam kunjungannya.
Ia mengatakan pihaknya memilih anggrek karena Indonesia sangat kaya akan jenis bunga anggrek dan memiliki kewajiban untuk melestarikannya.
Selain itu, lanjut Nexa, anggrek merupakan salah satu jenis bunga yang disukai oleh masyarakat, terutama kaum ibu.
Peneliti Anggrek, Senia, menyebutkan terdapat sekira 125 jenis anggrek di Orchid Forest Cikole, kebanyakan adalah anggrek dari Pulau Jawa. Ada juga anggrek langka dari Kalimantan, Amerika Serikat dan Jerman.
“Memang di sini kita lakukan pembudidayaan yang tentu memerlukan perawatan khusus, kelempatan dan suhu tidak lebih dari 29 derajat Celsius,” kata Senia.
Para pengunjung bisa membeli tanaman anggrek sebagai kenang-kenangan telah berkunjung ke Orchid Forest Cikole, namun anggrek yang dijual bukanlah anggrek langka.
(adh/ant)