Dry Aging Delmeat Masuk Komoditi Unggulan Ristekditi

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa saat memaparkan kelima inovasi komoditi unggulan Jabar dihadapan tim juri penilaian anugerah Iptek 2018 di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jumat 27 Juli 2018 lalu. Foto: Jelajah Nusa/adhi

JELAJAH NUSA – Inovasi teknologi dry aging daging sapi Pasundan menjadi daging premiun masuk finalis Anugerah Iptek 2018. Komoditi unggulan  berbasis Iptek hasil pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Jawa Barat ini pun berpeluang membawa pulang Budhipura (sebuah penghargaan bergengsi) dari kementerian Ristekditi.

Budhipura merupakan penghargaan yang diberikan kepada pemerintah provinsi sebagai apresiasi atas pengembangan inovasi berbasis Iptek di berbagai bidang.

“Saya sangat bersyukur karena penemuan dry aging atau aging sistem ini masuk dalam komoditi unggulan dari Jawa Barat,” kata Master Chef Dedie Soekartin, penemu dry aging dari Delmeat,Jumat (3/8/2018).

Setelah penelitian dry aging (pengempukan daging) dilakukan tahun 2000 dan mulai dipasarkan selang beberapa tahun kemudian,daging lokal yang dihasilkan dari proses pengempukan ini mampu bersaing dangan daging impor.

Beberapa hotel bintang dan restauran di Indonesia pun makin banyak menggunakan daging dari proses pengempukan yang diluar negeri lazim disebut dengan teknologi aging sistem ini.

Inovasi teknologi dry aging daging sapi Pasundan menjadi daging premiun masuk finalis Anugerah Iptek 2018. Foto:adhi

Kualitas  daging aging sistem Delmeat ini setara dengan daging impor,fresh,tekstur utuh,seempuk tahu dan tidak menggunakan bahan lain selain pengaturan suhu yang sudah ditentukan.

Selain dry aging, ada empat komoditi lainnya yang diikutkan dalam lomba Iptek tersebut yakni inovasi percepatan produksi benih kentang, inovasi rekayasa genetik pada ikan mas Marwana (ras Wanayasa), inovasi tractor pack di lahan berbukit dan inovasi kongflakes: pangan fungsional pengganti terigu.

Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa memaparkan kelima inovasi tersebut dihadapan tim juri penilaian anugerah Iptek 2018 di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jumat 27 Juli 2018.

Untuk saat ini, Jabar masuk lima besar nominator peraih Budhipura bersama lima provinsi lainnya. Penghargaan Budhipura akan diberikan pada saat puncak acara peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23 di Riau 10 Agustus 2018 mendatang.

Master Chef Dedie Soekartin,penemu Aging Sistem (pengempukan daging). Foto:adhi

Iwa menungkapkan, sistem inovasi daerah telah diterapkan dan dikembangkan di Jabar pada berbagai sektor sesuai dengan potensi wilayah.

Komoditi unggulan di wilayah saat ini difokuskan pada pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi antara lain di bidang pertanian, perikanan, peternakan dan permesinan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk.

“Kami di Jabar telah menerapkan Iptek berbasis kebutuhan masyarakat sebagai solusi percepatan pembangunan,” kata Iwa.

Penerapan inovasi pada lima komoditas unggulan ini telah menunjukan hasil antara lain, pada inovasi percepatan produksi benih kentang, mampu memperpendek waktu produksi 16 kali lebih singkat, produktivitas meningkat 9,6 kali lebih tinggi dan harga benih menjadi dua kali lebih murah.

Tim juri penilaian anugerah Iptek 2018 di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), ketika mendengarkan pemaparan dari provinsi Jawa Barat terkait komoditi unggulan. Foto:adhi

Inovasi teknologi dry aging daging sapi pasundan menjadi daging premiun mampu meningkatkan kualitas dan harga daging sehingga terjadi pergeseran pasar dari pasar tradisional ke hotel, restoran dan cathering. Sedangkan pada inovasi tracktor pack di lahan berbukit, mampu meningkatkan efisiensi dalam pengolahan tanah dan menumbuhkan kembali IKM suku cadang permesinan.

Inovasi kongflakes: pangan fungsional pengganti terigu, meningkatkan nilai tambah komoditi singkong sebesar 70% dan tersedianya makanan alternatif untuk autism serta menumbuhkan IKM baru di Jabar. Untuk inovasi rekayasa genetik pada ikan mas marwana (ras Wanayasa) mampu meningkatkan pertumbuhan sebesar 100% dan tahan terhadap penyakit.

“Pemprov Jabar secara konsisten telah menetapkan kebijakan dan menjalankan program inovasi ini untuk meningkatkan daya saing daerah,” ujar Iwa.

Menurut dia, hasil inovasi tersebut telah berhasil mendayagunakan kemajuan Iptek untuk meningkatkan produktivitas, menekan biaya produksi, meningkatkan nilai tambah produk dan menciptakan lapangan kerja baru.

Pemprov Jabar telah meraih penghargaan Budhipura tiga tahun berturut-turut dari tahun 2015 sampai 2017. Untuk tahun 2017 inovasi berbasis Iptek yang telah meraih penghargaan yaitu budidaya ikan patin, lele sangkuriang, kopi java preanger, tanaman indigofera dan budidaya ayam sentul.

Iwa optimistis, di Hakteknas 2018 ini Jabar kembali akan mengulang sukses dengan meraih Budhipura keempat kalinya.

“Insyaallah kita akan kembali raih Budhipura tahun ini,” ucap Iwa.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya