Cirahong, Peninggalan Kompeni yang Mengabadi
JELAJAH NUSA- Semburat mentari pagi melatari dua sosok pemuda yang dengan sigap mengatur keluar masuk kendaraan. Di jembatan itu keduanya saban hari mengatur lalu lalang kendaraan yang ingin menyeberang.
Terlebih lagi dikala pagi, volume kendaraan yang menyeberang begitu padat seiring kesibukan masyarakat. Biasanya didominasi oleh mereka yang akan bekerja dan anak- anak yang berangkat menuju sekolahnya.
Jembatan tersebut bernama Cirohong, terletak di perbatasan Kabupaten Ciamis dan kabupaten Tasikmalaya, atau lebih tepatnya di Manonjaya. Jalur di jembatan tersebut digunakan sebagai alternatif dari dan menuju Tasikmalaya atau Ciamis.
Jembatan ini menjadi unik karena memiliki dua fungsi (double deck) dimana bagian atas berfungsi sebagai perlintasan rel keeta api sedangkan di bagian bawahnya merupakan perlintasan untuk kendaraan beroda dua dan empat, pesepeda dan pejalan kaki.
Tak hanya itu, jembatan ini juga menjadi amat eksotis karena melintasi sungai Citanduy di bawahnya. Pemandangan yang menawan sekaligus sedikit membuat merinding karena berada di ketinggian 66 meter di atas dasar sungai Citanduy.
Cirahong merupakan infrastruktur yang dibangun pada masa pemerintahan kolonial hindia belanda pada tahun 1893. Infrastruktur itu sebagai jalur rel kereta api di selatan Pulau Jawa yang berfungsi untuk mobilitas arus barang dan orang.
Hasil bumi dari tanah priangan berupa kapas, kopi, kapol dan komoditas lainnya diangkut ke Batavia melalui jembatan ini.
Faktanya, Cirahong merupakan satu-satunya peninggalan kompeni belanda yang masih eksis dan fungsional hingga kini di Kabupaten Ciamis.
Jembatan dengan konstruksi baja dan tiang-tiang yang rapat sepanjang 202 meter ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pengunjung ataupun wisatawan. Lokasinya yang diapit dua bukit di pinggir sungai dan lanskap alami di kiri kanannya menjadi pemandangan yang begitu menakjubkan. Banyak pengunjung yang menyengajakan diri ke jembatan tersebut hanya untuk berswafoto.
Keindahan jembatan ini dan lanskap alam di sekelilingnya juga kerapkali dijadikan sebagai spot foto untuk dokumentasi pra wedding. Seperti yang dilakukan oleh Lia, warga asal Tasikmalaya yang berfoto wedding di jembatan ini.
“keren aja sih pemandangannya, jarang ada yang kayak gini setahu saya di daerah lain. Pertimbangan lain yah biar anti mainstream aja fotonya,” ujarnya seraya terkekeh.
Ada juga warga lain yang hanya duduk-duduk diatas rel sambil menikmati pemandangan alam, tapi tentu faktor keselamatan harus tetap dikedepankan dengan mengetahui jam kereta lewat.
Ada juga yang bersabar menunggu senja hari tiba sambil menenteng kamera digitalnya, karena pada saat itu, ketika kereta api melintas yang diwarnai oleh semburat jingga penanda terbenamnya matahari menjadi latar foto yang loveable.
Cirahong memang bukan destinasi wisata yang dikelola secara resmi oleh suatu lembaga atau institusi. Namun, keunikannya yang natural membuat banyak pengunjung berdatangan.
Maka tak mengherankan, di lokasi sekitar jembatan mulai menjamur warung tradisional hingga rumah makan berkelas restoran. Tentu, hal itu menggembirakan bagi peningakatan ekonomi masyarakat sekitar.
Keunikan lainnya, Konon jembatan Brooklyn Amerika Serikat yang dibangun 10 tahun sebelum Cirahong itu memiliki model dan konstruksi yang amat mirip dengan jembatan Cirahong.
Maka anda tak perlu jauh-jauh ke Sydney Australia ataupun Manhattan Amerika Serikat, di tatar priangan ada jembatan dengan sejarah panjang nan mengabadi yang menyuguhkan eksotisme yang tak kalah indahnya.
Selamat berfoto dan berjelajah.
(IDS)