Sayang Jika Wisman Yacht Tak Dimanfatkan Dengan Baik
JELAJAH NUSA – Para pemerintah daerah (Pemda) yang dilalui wisatawan yacht diminta lebih aktif memanfaatkan kedatangan wisatawan mancanegara (wisman). Hal ini penting untuk meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus menawarkan potensi destinasi yang ada.
“Tanggal-tanggal dimana yacht bersandar tiap musim berlayar tiap tahunnya itu sudah ada. Jadi kalau mau ngadain event ya di tanggal itu, jangan ngasal, sayang uangnya wisatawan itu,” demikian disampaikan Indroyono, ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar dalam jumpa pers ‘Wonderful Sail To Indonesia 2018’ di Gedung Sapta Pesona Jakarta,belum lama ini.
Ia mengatakan, tahun ini berbagai daerah rebutan minta daerahnya untuk dikunjungi para yachter, karena potensi pendapatan langsung yang besar.
“Jadi buat yang sudah dilewati itu tolong dimaksimalkan, buat hal yang memang layak untuk dijual. Seperti festival, produk kuliner, service-nya yang rapi, tour dan lain-lain, berdayakan masayrakat pemuda sekitar,” katanya.
Anggota Bidang II Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kemenpar, Raymond T Lesmana menambahkan, selain itu harga jual makanan orang Indonesia masih rendah untuk wisman yacht. Jika di Australia yachter bisa menghabiskan Rp 100.000 untuk sekali makan, di Indonesia hanya butuh Rp 20.000.
“Itu karena harga jualnya yang kurang. Coba masyarakat dilatih lebih baik mengemasnya, pelayanannya ditingkatkan, ada tambahan-tambahan lainnya di kuliner tradisional itu, maka harga jualnya akan naik sekali makan,” tuturnya.
Pihaknya bahkan sudah meminta kepada bank-bank penyedia ATM di daerah-daerah yang dilalui yacht untuk menyediakan ATM dengan limit Rp 5 juta sekali penarikan. Hal ini berdasarkan permintaan para wisatawan yachter yang memang membutuhkan banyak uang untuk berbelanja di tiap destinasinya.
“Sampai sering kali mereka minta ATM-nya yang limitnya lima juta, jangan yang 2,5 (juta). Karena keperluan mereka memang banyak, setiap turun mereka beli air, beli makan, belum souvenir, kaos dan lain-lain,” kata Raymond.
Beberapa daerah terpencil yang kerap dikunjungi para yachter saat rally ialah Tual, Banda, Buru Selatan, Buton Utara, Pasar Wajo, Wakatobi, Buton Selatan, Baubau, Labuan Bajo, Badas, Medana, Bawean, Kumai, Penumba, Benan, dan lainnya.
Sedangkan pintu-pintu masuk ke daerah tersebut dari kota-kota pelabuhan besar, seperti Bangka Selatan, Tanjung Pinang, Tarakan, Bintan, Ambon, Sorong, Kupang, Benoa-Bali, dan lainnya.
Ia menjelaskan meski wisatawan yang datang dalam sekali event rally yacht sekitar 210 orang dari 70 kapal, tetapi mereka berlayar di Indonesia hingga lima bulan dengan anggaran belanja setiap harinya 50 dollar AS atau sekitar Rp 650.000.
Jika ditotal sekali rally yacht di Indonesia minimum Rp 20 miliar, dengan satu orang per harinya perkiraan menghabiskan 50 dollar AS atau sekitar Rp 650.000 selama lima bulan. Sedangkan jumlah 70 yacht merupakan jumlah minimum, hanya satu rally yang lewat Indonesia dengan jumlah itu, empat lainnya sekitar 100-120 kapal.
“Itu uang yang masuk langsung ke daerah, langsung terserap sama daerah. Soal pemerataan ekonomi, pembangunan daerah terluar, dan lain-lainnya ya bisa lewat ini,” kata Indroyono.
Oleh sebab itu,Indroyono menekankan Pemda yang dilewati yacht hendaknya betul-betuk bisa memanfaatkan momentum ini untuk pengembangan pariwisata.
(adh)