Kemenpar Perkenalkan Rumah Telur Di Tabanan

Inilah Rumah Telur yang diperkenalkan Kementerian Pariwisata dalam acara Ulun Danu Beratan Art Festival IV 2018 di Tabanan,Bali. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Keunikan Rumah Desa berupa homepod berbentuk Rumah Telur diperkenalkan Kementerian Pariwisata dalam Ulun Danu Beratan Art Festival IV 2018.  Homepod ini dibangun di pinggir Danau Beratan.

Menurut Deputi Pemasaran I Kemenpar I Gde Pitana, dengan menggunakan material bambu, homepod diharapkan dapat lebih mendekatkan wisatawan dengan alam. Meskipun sederhana, rumah ini terdiri dari dua lantai yang cocok untuk ditempati satu keluarga.

“Pembangunan Homestay Rumah Desa ini didanai oleh Kementerian Pariwisata sebagai percontohan. Untuk satu unit biayanya Rp 150 juta sudah termasuk genset. Ini tidak mahal untuk nomasic tourism,” ujar Pitana, Minggu (24/6).

Pitana menambahkan, Kementerian Pariwisata yang mendukung penuh festival ini ingin lebih mengenalkan desa wisata dan objek wisata yang ada di Indonesia, termasuk yang ada di Tabanan.

“Maka dari itu, Kita dirikan sebuah homestay dengan format bangunan yang ramah lingkungan. Bentuknya sederhana layaknya di Desa sehingga homestay tersebut disebut Rumah Desa,” ungkapnya.

Ulun Danu Beratan menjadi lokasi kedua yang dipilih untuk membangun homestay Rumah Desa ini. Kementerian Pariwisata sebelumnya sudah meresmikan homepod ini di Danau Toba.

Sementara, Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti, berharap homepod ini bisa menjadi inspirasi bagi industri pariwisata. Menurutnya, amenitas dalam bentuk homepod in sangat cocok dengan karakter destinasi yang ada di Tabanan.

“Kami senang sekali Ulun Danu Beratan dibangun homepod rumah telur ini. Kami juga berencana akan membangunnya lagi di beberapa lokasi di Tabanan,” ungkap Ni Putu Eka Wiryastuti.

Pada festival ini, pihaknya berharap dapat menyedot pengunjung hingga 1,5 juta orang. Terlebih karena ada beberapa hal yang berbeda yakni diisi dengan parade Gebogan Bunga khas kawasan Candikuning, penampilan tarian maskot Ulun Danu Beratan yakni Kecak Ulun Danu Beratan yang hanya dipentaskan pada event-event tertentu.

“Kalau Festival Tanah Lot saja bisa 3 sampai 4 juta, ya Ulun Danu Beratan pasti bisa seperempatnya lah atau 1,5 juta lah,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, nomadic tourism adalah jawaban untuk mendongkrak jumlah amenitas pariwisata. Sekaligus mengimbangi pertumbuhan kunjungan wisatawan.

“Kami akan kembangkan nomadic tourism di beberapa daerah dan menyediakan fasilitas seperti karavan, glamping (glamorous camping), dan homepods bahkan seaplane,” ujar Menpar Arief Yahya.

Sesuai karakternya, yaitu nomadic, ketiga fasilitas tersebut juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen. Dengan begitu, nomadic tourism ini sangat cocok dikembangkan di daerah-daerah yang belum tersedia akomodasi seperti perhotelan atau pun homestay.

Menpar pun mendorong industri pariwisata untuk mengembangkan produk wisata nomadic tourism dan memasarkannya.

“Kita di Indonesia punya 17.000 pulau, 70.000 desa, ratusan destinasi indah. Kalau harus membangun hotel konvensional perlu waktu yang sangat lama, homestay pun menurut saya masih kurang cepat. Maka, saya umumkan lagi bahwa saya akan memberikan insentif bagi orang yang masuk ke nomadic tourism,” jelas Menpar Arief Yahya.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya