Pentas “Sang Saka” Libatkan Masyarakat Pangandaran

Pentas “Sang Saka” yang berlangsung di Pangandaran,Jawa Barat mendapatkan respon luas dari masyarakat. Foto:IG

JELAJAH NUSA  – Pentas Teater bertajuk “Sang Saka” yang dipersembahkan oleh Kelompok Teater Keliling Indonesia (TKI) di Pangandaran, Jawa Barat Senin (2/4/2018) berlangsung cukup meriah.

Teater Keliling Indonesia bekerja sama dengan pemain-pemain Teater lokal Sabalad dari Pangandaran dan juga warga Kampung Nusantara mendapat apresiasi yang luas dari masyarakat.

Dalam acara tersebut hadir siswa siswi SMA-SMK se-Pangandaran serta masyarakat umum pecinta kesenian drama teatrikal.

Pementasan kali ini merupakan kerja sama kedua antara Teater Keliling Indonesia dengan Teater Sabalad yang pernah diselenggarakan dua tahun yang lalu.

Mengingat animo masyarakat yang cukup tinggi terhadap kegiatan ini, Ai Nurhidayat sebagai Pengagas Kampung Nusantara bersama individu-individu Pangandaran peminat kesenian teater langsung menyambut baik kedatangan kelompok yang terbentuk sejak 1974 ini.

Menurut Andang Nusa Putera dari Kampung Nusantara, Kabupaten Pangandaran sedang mencanangkan dirinya sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan yang memiliki banyak potensi wisata baik alam maupun ketrampilan masyarakatnya.

Hal ini menuntut segenap warga dan pemerintah untuk selalu mendukung penuh usaha-usaha melestarikan dan mengembangkan segala potensi tersebut, termasuk dalam pengembangan seni-seni tradisional yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Salah satunya adalah Seni Sandiwara atau Teater.

Andang menyebut pentas teater termasuk kesenian rakyat yang telah mendarah daging. Meski bentuk dan namanya berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya, seni drama dan sandiwara merupakan bentuk seni yang mendominasi proses terbentuknya peradaban nenek moyang bangsa di masa lampau.

Di Jawa Barat, kesenian sandiwara sangat kental dalam kultur seni masyarakatnya dengan banyak ditemukan bermacam-macam bentuk teater seperti lenong, ludruk, wayang golek, bebodor dan sebagainya.

“Di dalam sejarah penyebaran agama-agama dan pendidikan moral di Indonesia, kesenian pentas sandiwara merupakan medium utama yang sering digunakan oleh para sunan dan priyayi priyayi untuk menyampaikan ajaran mereka. Bahkan juga, sandiwara dijadikan sebagai medium ekspresi dan kritik yang halus kepada penguasa saat itu,” kata Andang.

Mengingat nilai penting yang dikandung oleh kesenian ini, Andang pun menganggap perlu untuk menjaga dan melestarikannya kembali.

Derasnya arus modernisasi, dan perkembangan teknologi visual telah membuat generasi muda bukan sebagai pemain, tetapi hanya sebagai penyimak, pendengar dan penonton, yang mengakibatkan keterampilan berekspresi dalam seni lambat laun mati.

Padahal negeri ini menuntut generasi penerus bangsa untuk bisa percaya diri, mandiri, kreatif dan terampil dalam segala bidang termasuk olah ekspresi, komunikasi dan kreatifitas dalam seni dan ilmu pengetahuan.

“Dengan latar belakang ini, Kampung Nusantara, sebagai komunitas kreatif lokal warga Pangandaran yang terbuka dengan segala usaha mengembangkan dan melestarikan kembali kesenian dan kearifan lokal, melalui kelompok Teater Sabalad-nya akan menyelenggarakan pementasan teater sebagai wujud peduli kesenian dan ketrampilan berekspresi kepada warga Pangandaran khususnya dan masyarakat umum,” lanjut Andang.

Lakon “Sang Saka” karya Rudolf Puspa dan Dolfry Inda Suri ini akan menghadirkan seni tari, musik, dan nyanyian.

(adh/ant)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya