Destinasi Digital Potensi Tarik Wisatawan Milenial

Menteri Pariwisata Arief Yahya saat berbicara dalam Rakernas III 2018 PHRI di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Kementerian Pariwisata menawarkan 100 destinasi digital dan “nomadic tourism” atau wisata embara sebagai strategi baru untuk merealisasikan target 275 juta wisatawan nusantara khususnya generasi milenial.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, Kamis (5/4/2018), mengatakan pilihan destinasi digital merupakan hasil dari tuntutan era digital di mana wisatawan zaman sekarang yang didominasi oleh generasi milenial, cenderung menyukai untuk berkunjung ke destinasi yang memberikan pengalaman (experience).

“Konsep destinasi digital ini mengacu pada destinasi yang kreatif, memiliki spot fotogenik untuk diunggah di media sosial, dan viral di media sosial,” kata Menpar.

Ia menjelaskan pemerintah ingin memanfaatkan peluang guna menjaring wisatawan lokal dengan menciptakan 100 destinasi digital yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.

Kementerian Pariwisata mendorong potensi destinasi digital untuk merealisasikan target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus) di tahun 2018.

Ada pun berdasarkan hasil survei di seluruh dunia yang dirilis oleh Everbrite-Harris Poll 2014, generasi milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk mendapatkan pengalaman (experience) dibandingkan barang (material goods).

Peluang inilah yang tidak disia-siakan oleh Kementerian Pariwisata untuk membangun destinasi digital yang berkonsep kekinian guna memaksimalkan perjalanan wisnus di Indonesia.

Tahun lalu, Kementerian Pariwisata telah menginisiasi lahirnya Generasi Pesona Indonesia (Genpi) sebagai komunitas yang membantu tersampaikannya program, kebijakan, dan promosi event Kemenpar di media sosial.

Genpi ini lah yang kemudian menciptakan ide kreatif terkait pembangunan atraksi destinasi wisata baru melalui pembangunan pasar kekinian di beberapa daerah di Indonesia.

Pasar Siti Nurbaya di Padang, Pasar Mangrove di Batam, Pasar Baba Boentjit di Palembang, Pasar Tahura di Lampung, Pasar Karetan di Kendal, Pasar Kaki Langit di Yogyakarta, Pasar Pancingan di Lombok, Pasar Kaulinan di Banten, dan Pasar Semarangan di Semarang merupakan sederetan destinasi wisata baru berbasis ekonomi rakyat yang sudah didirikan oleh Genpi.

Pasar tersebut dibangun dengan menampilkan keunikan khas daerah masing-masing, seperti kuliner khas daerah setempat, dijual dengan harga terjangkau, serta menyediakan aktivitas tertentu, seperti workshop tematik atau area permainan tempo dulu.

Selain menawarkan pesona kuliner khas daerah yang tidak ditemukan di daerah lain, destinasi digital yang diwujudkan dalam bentuk pasar ini menyuguhkan sensasi atraksi tematik, dan setiap sudutnya dibuat cocok untuk berfoto.

“Cocok untuk para wisnus yang ingin kembali mengenang pengalaman tempo dulu yang dikonsep di lokasi yang sangat kekinian,” kata Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media Kemenpar Don Kardono.

Untuk mewujudkan pembangunan 100 destinasi digital tersebut, Kemenpar telah bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk membangun infrastruktur dasar seperti jalan, air, listrik, koneksi WiFi, lokasi sampah, serta toilet.

Infrastruktur dasar tersebut bertujuan untuk memudahkan wisnus dalam menikmati kunjungannya selama berwisata di suatu destinasi digital.

Sementara itu, guna mendatangkan 17 juta kunjungan wisman di tahun 2018 ini, Kemenpar juga menyuguhkan strategi wisata baru bernama nomadic tourism atau yang lebih biasa dikenal dengan wisata embara.

Konsep wisata embara ini juga akan direalisasikan dengan membangun amenitas/akomodasi yang sifatnya dapat berpindah-pindah, dan bentuknya bermacam-macam seperti glamp camp, home pod, atau caravan.

Untuk pendukungan aksesibilitas dari wisata embara ini diwujudkan dengan sea plane, yang akan membawa wisman berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau yang lain di Indonesia.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya