Pantai juga bisa berserakan sampah ketika terjadi pasang surut. Foto:IG

JELAJAH NUSA – Wajar ada sedikit sampah dilaut. Sebab laut adalah merupakan wadah air yang begerak, bukan akuriaum yang diam.

Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, Dr. Widodo Pranowo pun angkat bicara.

“Kalau secara umum, pada saat surut, kecepatan arus umumnya relatif pelan. Sehingga material apapun, apalagi yang berat jenisnya sangat lebih kecil ketimbang berat jenis air laut, akan mudah terlihat mengapung di perairan pesisir,” ujar Widodo, Minggu (11/3/2018).

Ia melanjutkank ketika kemudian kondisi air berubah menjadi menuju pasang, maka kecepatan arus meningkat. Segala material yang terapung tadi akan terangkut dengan cepat atau berpindah, atau bahkan teraduk di kolom air.

Jadi bisa dikatakan, bahwa sampah-sampah tersebut tidaklah hilang sepenuhnya. Melainkan hanya berpindah tempat.

Sampah di laut sendiri adalah hasil anthropogenik. Ikan dan makhluk hidup laut tentunya tidak menghasilkan sampah seperti manusia.

“Nah, sumber sampah terbesar adalah dari daratan, yang kedua mungkin dari kapal. Sampah dari daratan ini juga ada yang sengaja maupun yang tidak disengaja.”

Contoh yang tidak disengaja adalah manakala musim penghujan yang intensitasnya tinggi dari Desember hingga Februari, berpotensi banjir. Kemudian menggelontorkan berbagai material dari daratan termasuk sampah-sampah ke daerah aliran sungai yang kemudian terbawa ke laut.

Soal sampah di laut sempat viral di Nusa Penida saat seorang turis Inggris Rich Horner mengunggah video dirinya menyelam dikelilingi sampah. Sekarang sudah bersih, tapi sampahnya masih mengalir.

Turis Inggris yang bernama Rich Horner menyelam di Manta point Nusa Penida. Dalam videonya, Horner merekam seekeor manta yang lewat di dasar laut.

Di sekelilingnya, sampah plastik berseliweran dan mengambang di permukaan laut. Hal ini menjadi viral dan membuat Kementerian Pariwisata melakukan pengecekan, seminggu kemudian. Saat melakukan pengecekan, didapati laut Nusa Penida begitu bening dan bersih.

Ernez Leo, d’traveler asal Kupang pun mengalami hal yang sama dengan Rich Horner. Saat itu dia dan kawan-kawan hendak melakukan snorkeling dan free drive di Perairan Dermaga Fery, di Bolok.

Saat itu Ernez hendak melakukan free dive pada pukul 9.30 Wita. Namun bukan hanya ikan dan karang, tapi sampah pun mengelilinginya. Tapi setelah, laut kembali bersh dan bening.

(adh)