Ketua STP Bandung Anang Sutono Jadi Staf Ahli Menteri
JELAJAH NUSA – Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP Bandung) Dr Anang Sutono menduduki jabatan baru sebagai Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kementerian Pariwisata. Pria yang melehat di hati para mahasiswa STP, dan stakeholder ini merupakan satu dari beberapa pejabat eselon I yang masuk dalam putaran restrukturisasi organisasi.
Ya, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya melantik Pejabat Pimpinan Tinggi Madya (Eselon I), Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (Eselon II), Pejabat Administrator (Eselon III) , dan Pejabat Pengawas (Eselon IV) di lingkungan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) serta Pejabat di lingkungan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba dan Badan Pelaksana Otorita Borobudur, berlangsung di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenpar, Rabu (28/2/2018).
Menpar Arief Yahya mengatakan, pelantikan pejabat ini merupakan bagian dari restrukturisasi organisasi yang komprehensif sejak diterbitkan Peraturan Presiden Nomor: 93 Tahun 2017, tanggal 2 Oktober 2017 tentang perubahan struktur organisasi Kemenpar yang telah dilaksanakan sejak 4 Januari 2018 dan dilanjutkan hari ini
“Para pejabat yang dilantik siap melaksanakan tugas dan fungsi (Tupoksi) memajukan kepariwisataan nasional sesuai dengan amanah yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo, agar pariwisata menjadi sektor unggulan penggerak ekonomi nasional,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar menegaskan, melalui restrukturisasi, Kemenpar ingin lebih berfokus pada pelanggan (wisatawan), dalam hal ini diharapkan bisa lebih sensitive dalam memahami kebutuhan-kebutuhan wisatawan dan lebih adaptif dalam menciptakan produk-produk wisata.
“Karena pada hakekatnya bisnis pariwisata adalah bisnis pengalaman (experience), maka dengan struktur organisasi baru, Kemenpar harus mampu menciptakan ekstra ordinary experience kepada wisatawan,” kata Arief Yahya.
Selain itu dalam struktur organisasi di tingkat deputi/asdep/bidang/bagian dan unit-unit yang ada di bawahnya haruslah disusun dengan mengacu kepada customer journey atau tourism value-chain, sehingga secara otomatis seluruh kegiatan yang kita lakukanakan focus kepada pelanggan atau inilah yang disebut dengan pendekatan customer-centric organization.
Sementara itu dalam mencermati perubahan pendekatan yang lebih berorientasi pada minat, Menpar Arief Yahya ingin mewujudkan tujuan dari customer centric strategy yang mencakup tiga hal yakni Pertama, customer satisfaction, dimana wisatawan puas dengan destinasi wisata yang kita tawarkan.
Kedua, customer retention/loyalty dimana wisatawan berkunjung kembali dan loyal dengan destinasi wisata kita, dan ketiga, customer advocacy dimana wisatawan merekomendasikan destinasi wisata kita pada wisatawan lain.
Menpar mengingatkan lagi bahwa untuk mencapai hasil yang luar biasa harus selalu menghasilkan ide-ide yang tidak biasa sehingga inovasi adalah suatu keharusan untuk bisa mengejar ketertinggalan dari negara-negara pesaing; Malaysia, Thailand, dan Singapura.
“Target 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini harus kita rebut. Untuk itu kita harus terus berinovasi menciptakan sesuatu yang unik dan tidak biasa,” tegasnya.
Terkait dengan produk pariwisata, salah satunya adalah destinasi digital. Ini selalu meledak, kenapa meledak? Ini selalu memenuhi kebutuhan, kebutuhan anak millennials yang begitu haus akan pengakuan.
Arief menjelaskan, saat ini ada pergeseran arti kebahagiaan, antara Kids Zaman Now dengan generasi-generasi sebelumnya.
Bagi mereka, kebahagiaan bukan ditentukan oleh kepemilikan akan rumah besar, mobil mewah, atau karir yang mentereng, tapi mendapatkan pengalaman dan membaginya ke teman-teman dan orang lain, butuh akan pengakuan.
Maka, positioning yang diambil adalah Esteem Economy, mengacu pada apa yang dijelaskan oleh Prof. Rhenald Kasali bahwa manusia selalu mencari cara untuk mendapatkan pengakuan berupa share, like dan jempol.
Menpar menegaskan kembali pariwisata adalah jalan baru dan lebih cepat untuk memutusrantai kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang selama ini hadapi.
Selain itu juga diyakini mampu menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang lebih tersebar di seluruh tanah air.
“Terlebih pertumbuhan pariwisata Indonesia masuk dalam 20 besar dunia, terakhir mencapai 25,68% atau lebih tinggi dari pertumbuhan sektor pariwisata dunia,” katanya.
Kemenpar sendiri telah menetapkan sasaran strategis utama berupa target kinerja yang harus dicapai pada 2018, yakni sektor pariwisata memberikan kontribusi pada perekonomian (PDB) nasional sebesar 5,25%, menghasilkan devisa Rp 223 triliun, menciptakan lapangan kerja 12,6 juta orang, kunjungan 17 juta wisman dan mendorong pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) sebanyak 270 juta perjalanan, serta meningkatkan daya saing pariwisata di tingkat global dari ranking 70 pada 2013, menjadi ranking 50 dunia pada 2015, naik di ranking 47 dunia tahun lalu, dan menuju ranking 30 dunia pada 2019.
Para pejabat yang dilantik di antaranya Pejabat Pimpinan Tinggi Madya (Eselon I) Rizki Handayani Mustafa (Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan), Nia Niscaya (Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II), Anang Sutono (Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata), Noviendi Makalam (Staf Ahli Bidang Tekonologi Komunikasi dan Informasi); sedangkan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (Eselon II) antara lain Guntur Sakti menjabat Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar.
(adh)