Grand Diara, Hotel Berdekorasi Batik Nusantara Raih MURI
JELAJAH NUSA – Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan kepada Grand Diara, Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sebagai Hotel dengan Batik Nusantara dari Asal Daerah Terbanyak.
“Hotel dengan Batik Nusantara dari asal daerah terbanyak ini yang pertama belum pernah ada di hotel lain,” kata Senior Manager MURI, Jusuf Ngadri, di Bogor, Selasa (20/3/2018.
Jusuf menyerahkan langsung plakat penghargaan Rekor MURI kepada Direktur Utama Grand Diara Hotel, Nanda Widya disaksikan Pengurus PHRI Kabupaten Bogor, serta jajaran hotel.
Menurut Jusuf Batik Nusantara yang dikoleksi oleh Grand Diara Hotel dipajang sebagai dekorasi ruangan, koridor serta kamar hotel berasal dari 26 provinsi dengan jumlah 60 motif.
“Dekor Batik Nusantara tersebut dipajang dengan super rapi dan banyak,” katanya.
Jusuf mengatakan MURI memberikan penghargaan kepada sesuatu hal yang positif dan menarik yang memunculkan minat orang untuk ikut memunculkan hal-hal baru. Pemberian rekor MURI ke pada Grand Diara juga melalui proses seleksi dan klasifikasi.
MURI lanjutnya meminta legalitas melalui organisasi perhotelan yakni PHRI Pusat untuk memastikan hotel tersebut memang satu-satunya dan pertama memajang batik dari daerah asal sebagai dekorasi.
“Karena ini rekor pertama, dimungkinkan dapat dipecahkan lagi apabila ada yang mengkoleksi lebih banyak lagi motif batik nusantaranya. Karena kita memiliki 34 provinsi, yang baru dikoleksi 26 saja,” katanya.
Sesuai misi MURI untuk memunculkan hal-hal positif di masyarakat dalam bidang-bidang tertentu. Diharapkan muncul hotel-hotel yang melakukan hal sama seperti Grand Diara, misalnya mengkoleksi songket, atau kain tenun dari berbagai daerah.
“Upaya Grand Diara ini mendukung pelestarian batik nusantara. Apalagi sejak dihadiahi pengakuan UNESCO atas batik, bermuncula motif-motif baru batik, contoh di Medan, ada bangunan iconik bermotif batik,” katanya.
Direktur Utama Grand Diara Hotel Nanda Widya mengatakan dengan membuat dekorasi batik nusantara asal daerah pihaknya ingin memberikan kontribusi kepada negara dalam melestarikan batik.
“Kami ingin Grand Diara menjadi salah satu pelopor dalam pelestarian batik,” kata Nanda.
Ia mengatakan batik sebagai identitas bangsa, bukan sekedar jargor, tetapi juga bisa diresapi dan diterapkan dalam keseharian, “Karena batik nusantara sudah sangat mendunia dan bahkan diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia, kita harus terus menjaganya,” kata Nanda.
Arsitek Grand Diara Hotel, Editha mengatakan butuh waktu setahun pihaknya untuk mengumpulkan koleksi batik nusantara dari berbagai daerah mulai dari Aceh sampai Papua. Total ada 26 provisi terdiri atas 60 motif.
“Kami melakukan riset, dan berdiskusi dengan kolektor batik untuk memilih batik mana yang akan kami kumpulkan, berdasarkan motif, cara pembuatan, keunikan motif, serta sejarahnya,” kata Editha.
Salah satu motif batik usia 40 tahun yakni Batik Parang yang diciptakan zaman Panembahan Senopati yang sempat dilarang penggunaannya. Ada juga Batik Tiga Negeri, Batik Kudus Beras Wutah, Batik Pemandangan Tiga Negeri dan lainnya.
(adh)