Ini Dia Kampung Jokowi Di Garut
JELAJAH NUSA – Garut, Jawa Barat masih menyimpan banyak potensi wisata. Salah satunya adalah kawasan Gunung Cikuray,tepatnya di Desa Sukatani,Kecamatan Cilawu, masuk dalam Perkebunan Teh Dayeuhmanggung yang dikelola oleh PTPN VIII.
Udara yang segar khas pegunungan, menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi buruan warga, khususnya warga perkotaan. Tak heran jika tiap akhir pekan, banyak warga mendatangi tempat ini untuk sekedar menikmati hijaunya hamparan kebun teh dan udara segar khas pegunungan.
Tak heran jika kawasan perkebunan teh Dayeuhmanggung ini selalu ramai. Melihat potensi tersebut, para karyawan perkebunan yang tinggal di kawasan perkebunan berinisiatif menata perumahan yang mereka tempati agar bisa lebih menarik perhatian dan mengundang orang datang lebih banyak.
“Awalnya karena banyak orang datang berwisata, kemudian warga yang semuanya karyawan disini, memiliki ide menata kampung demi kenyamanan pengunjung,” jelas Dedi, karyawan PTPN VIII Dayeuhmanggung,baru-baru ini.
Penataan kampung sendiri dilakukan secara sederhana memanfaatkan barang bekas di rumah dan yang ada di pabrik teh.
Yang paling khas adalah dinding-dinding perumahan yang kebanyakan terbuat dari kayu lalu diberi lukisan mural tiga dimensi dengan memanfaatkan sisa-sisa cat dari pabrik.
“Ada tiga orang karyawan yang bisa melukis, termasuk saya, jadi semuanya memanfaatkan potensi yang ada di sini saja,” jelas pria paruh baya tersebut.
Perumahan karyawan di perkebunan Dayeuhmanggung sendiri terbagi dalam tiga kampung kecil yang masih tergabung dalam satu RW. Setelah ditata, nama kampungnya pun diubah sesuai dengan semangat warga.
“Ada kampung My Darling yang artinya masyarakat sadar lingkungan, dulu namanya kampung Batako, tema sadar lingkungan ini diambil setelah banjir bandang Cimanuk yang terjadi karena rusaknya lingkungan,” jelas Dedi yang telah 30 tahun lebih bekerja di Dayeuhmanggung.
Selain Kampung My Darling, menurut Dedi ada juga Kampung Jokowi yang artinya “Jadikan Olehmu Kebun Dayeuhmanggung Obyek Wisata yang Indah”.
Ciri khas kampung Jokowi adalah ada patung Presiden Jokowi di depan kampung. Selain itu, ada juga Kampung Amsterdam yang artinya yaitu “Akan Menjadikan Segala Yang Terbaik Untuk Dayeuhmanggung”.
Kini, setiap hari ada wisatawan yang datang ke tiga kampung itu terlebih pada akhir pekan. Biasanya, selain menikmati udara segar pegunungan, pengunjung juga berswafoto di ikon-ikon tiap kampung hingga di dinding-dinding rumah warga yang dilukis tiga dimensi.
“Kalau akhir pekan lebih ramai, jumlah pengunjung bisa 100 sampai 300 orang,” jelas Dedi yang baru lima tahun ke belakang tinggal di luar kawasan perkebunan.
Holid Darsono, karyawan PTPN VIII Dayeuhmanggung bagian umum lainnya mengungkapkan, di wilayah Garut sendiri ada lima perkebunan dari mulai karet hingga teh.
Dari lima kawasan perkebunan tersebut, hanya emplacement (perumahan) karyawan kebun Dayeuhmanggung yang saat ini dijadikan tempat wisata meski tidak ada pungutan resmi bagi para pengunjungnya.
“Sejak akhir tahun 2016 jadi tempat wisata, tapi tidak ada tarif masuk, seikhlasnya saja, untuk dana perawatan saja,” katanya.
Menurut Holid, penataan kawasan pemukiman karyawan dilakukan tentunya atas seizin manajemen PTPN.
Dengan banyaknya wisatawan yang datang, lanjut Dedi, ada tambahan penghasilan untuk keluarga karyawan.
Saat ini pun, tengah dikembangkan tempat-tempat baru bagi pengunjung seperti kebun kopi dan buah-buahan.
Sementara itu Kepala Seksi Komunikasi dan Informasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, Agus Koswara mengemukakan bahwa pihaknya terus melakukan upaya pengembangan objek wisata baru.
“Penataan beberapa objek wisata sedang kita galakan. Termasuk persiapan event tahunan. Ada beberapa hal memang yang masih menjadi perhatian kami,yakni pembangunan infrastruktur,” kata Asep yang ditemui di ruang kerjanya.
(adh)