Di Museum Gedung Sate Belajar Sejarah ‘Jaman Now’
JELAJAH NUSA – Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang akrab disapa Aher meresmikan museum sejarah dan pendidikan Gedung Sate di lantai basement Kantor Pemerintahan Gedung Sate Provinsi Jawa Barat, Jumat 8 Desember 2017. Museum yang dibangun dengan biaya Rp 11,5 miliar tersebut didedikasikan untuk masyarakat Jawa Barat dan seluruh Indonesia. “Sejarahnya gedung ini dibangun 6 juta golden kalau dirupiahkan Rp 300 miliar untuk dua gedung. Tentu keunikan ini perlu dimuseumkan, keunikan planologi dan sejarah,” ungkapnya.
Arsitektur Gedung Sate sebagai gedung terindah di dunia dan sejarah yang menyertainya. Pengunjung yang mengunjungi Museum seluas 500 meter persegi itu akan mendapat pengetahuan secara mendalam tentang sejarah pembuatan gedung yang awalnya bernama gedung Gouvernement Bedrijven ini.
Museum dibagi jadi tiga segmen: Segmen pertama, prolog; Segmen kedua, eksplorasi; Segmen ketiga, kontemplasi. Museum ini dibangun karena Gedung Sate adalah lambang di Jawa Barat yang memiliki nilai historis tinggi.Seminggu pasca dibukanya Museum Gedung Sate untuk umum, sebanyak 3.600 orang telah mengunjungi museum yang terletak di sayap timur basement Gedung Sate, Bandung ini. Pernah dalam sehari jumlah pengunjung mencapai 1200 orang.
Kepala Bagian Publikasi Setda Jabar, Ade Sukalsah mengatakan museum ini digratiskan untuk umum hingga akhir Desember 2017 “Ada nilai-nilai perjuangan di dalam sini, bahkan ada yang sampai mengorbankan jiwa raga melindungi statusnya sebagai milik bangsa Indonesia,” katanya. Museum ini dirancang dari dua tahun lalu. Pencarian informasi (riset) dilakukan sampai ke Belanda dan beberapa museum perpustakaan di sana. Pembangunan fisik museum yang berada di lantai dasar Gedung Sate ini memerlukan waktu lima bulan dengan penyelesaian konten museum dilakukan sekira 3,5 bulan.
Tim Konten Museum Gedung Sate harus terbang ke Belanda, karena Gedung Sate dibuat pada era kolonial, sehingga perlu meriset sejarah dari negara asal arsiteknya. Walaupun bertemakan sejarah, pengunjung akan merasakan sensasi teknologi yang interaktif saat menggali informasi dari museum ini. Teknologi seperti layar sentuh yang menyajikan informasi melalui grafis menarik menjadi daya tarik atraksi Museum Gedung Sate.
Pengunjung juga dapat mencoba kacamata virtual reality yang membuat pengunjung seolah-olah menaiki balon udara mengelilingi area sekitar Gedung Sate. Ada juga ruangan yang membuat pengunjung seolah-olah terlibat pada pengerjaan Gedung Sate, dengan teknologi augmented reality. Di museum ini, kata Ade, pengunjung tidak hanya dapat melihat sejarah Gedung Sate, saja, tetapi juga sejarah Kota Bandung.
Tidak hanya belajar tentang sejarah saja, mereka yang tertarik dengan seni arsitektur zaman kolonial juga bisa mengetahui rahasia material bangunan dan teknik yang digunakan para arsitek-arsitek zaman dulu dalam membangun Gedung Sate yang sejak tahun 1924 hingga hari ini masih berdiri kokoh.
Sebagai media pembelajarannya, di salah satu sudut museum tembok asli Gedung Sate sengaja dibobol dan dilubangi agar lebih detil terlihat batuan-batuan yang menjadi fondasi Gedung Sate.
Ade mengatakan informasi yang akan disajikan dalam museum ini juga akan ditampilkan menggunakan teknologi digital. Sehingga, sambung dia, konten yang ditampilkan mudah dipahami oleh masyarakat dari berbagai kalangan mulai anak-anak hingga orang tua. Tidak hanya itu, kata dia, konten yang ada di dalam museum bisa diperbaharui apabila ada kesalahan atau penemuan baru. Sehingga, informasi sejarah yang disuguhkan tidak keliru dan sesuai fakta keilmuan. Disana kita semua bisa belajar sejarah dengan teknologi ‘Jaman Now’.
(RIV)
Waktu Kunjungan :
- Selasa – Minggu 10.00-16.00 WIB