Wisata Reliji Kampung Mahmud
JELAJAH NUSA – Kampung Mahmud bisa dijadikan referensi wisatawan luar Bandung, yang ingin merasakan sentuhan reliji sekaligus mistis.Hal ini diperkuat dari cerita turun temurun penduduk sekitar mengenai sesosok tokoh ulama Islam kala zaman kolonial Belanda beberapa abad tahun lalu bernama Eyang Abdul Manaf.
JELAJAH NUSA berkesempatan mengunjungi kampung yang memiliki jumlah penduduk sekitar 200 kepala keluarga tersebut di Mekarahayu, Marga Asih RW 04, dengan hanya dua RT di dalamnya, yakni RT 01 dan RT 02.
Dari depan menjelang masuk ke area perkampungan, suasana mistis begitu terasa. Bau-bauan aroma parfum dan lengangnya jalan menambah rasa penasaran menelusuri tempat yang hanya memiliki luas 4 hektar dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
“Pendiri Kampung Mahmud adalah Embah Eyang Abdul Manaf keturunan dari Syarif Hidayatuliah seorang wali yang berasal dari Cirebon,” kata salah satu penduduk yang rumahnya berdekatan dengan Makom Mahmud, Nasrullah (45) kepada Jelajah Nusa belum lama ini. Bapak yang berjualan makanan dan perlengkapan haji tersebut bercerita mengenai awal sejarah berdirinya makam Eyang Abdul Manaf (Mahmud).
“Beliau meninggalkan kampung halamannya menuju ke tanah suci Mekah untuk beberapa saat. Sampai pada suatu saat dia memutuskan untuk kembali ke tanah airnya,” jelasnya. Dia menjelaskan, sebelum kembali sang Ulama merasakan satu firasat, negerinya akan dijajah bangsa asing (Belanda). Oleh karena itu, sebelum pulang dia berdoa secara khusus di satu tempat yang dinamakan Gubah Mahmud yang berdekatan dengan Masjidil Haram.
Singkat cerita, sesuai dengan petunjuk yang didapatkannya di Gubah Mahmud, dia segera mencari rawa. Pencarian berakhir setelah ditemukan lahan rawa yang terdapat di pinggiran Sungai Citarum. Karena akan dijadikan lahan perkampungan, rawa tersebut kemudian ditimbun. Satu persatu rumah bermunculan sehingga membentuk sebuah kampung. Kampung tersebut selanjutnya diberi nama Mahmud, nama yang sama dengan tempat Eyang Manaf berdoa ketika berada di Mekah, yakni Gubah Mahmud.
Dilansir dari beberapa sumber, menyebutkan, Eyang Abdul Manaf mempunyai 7 generasi penerus hingga sekarang ini, di antaranya: Eyang Sutrajaya, Eyang Inu, Eyang Mahmud lyan, Eyang Aslim,Eyang Kiai H.Zaenal Abidin, Kiai H.Muhamad Madar dan H. Amin, Secara administratif Kampung Mahmud termasuk ke dalam wilayah Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.Tempat ini cukup mudah dijangkau dari Kota Bandung, baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Ada beberapa alternatif rute yang dapat ditempuh menuju Kampung Mahmud, khususnya, dengan kendaraan umum.Pertama, dari terminal Kebun Kelapa menggunakan angkutan kota dengan rute Kebun Kelapa -Cibaduyut, lalu berhenti di terminal Tegallega. Dari terminal tersebut, menggunakan angkutan kota dengan rute Tegallega-Mahmud, kemudian berhenti di lokasi Kampung Mahmud.Di bawah pukul 09.00 WIB, angkutan tersebut biasanya hanya sampai Bumi Asri I.
Untuk melanjutkan perjalanan ke Kampung Mahmud, tersedia delman atau ojeg.Alternatif kedua, dari terminal Kebun Kelapa menggunakan angkutan kota dengan rute Kebun Kelapa – Cibaduyut, lalu turun di terminal Leuwi Panjang. Dari terminal itu naik angkutan kota dengan jurusan Cipatik, lalu berhenti di Rahayu. Selanjutnya naik ojeg menuju Kampung Mahmud. Perjalanan melalui kedua rute tersebut menghabiskan waktu lebih kurang 90 menit.
(Ozi)