Hotel Merugi, 59 Ribu Penumpang Gagal Terbang Di Bali
JELAJAH NUSA – Sampai malam ini Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali masih tertutup untuk lalulintas udara. Akibatnya, 445 penerbangan dengan jumlah estimasi penumpang sekitar 59 ribu orang dibatalkan.
Semburan debu vulkanik Gunung Agung masih terus berlangsung sehingga berdampak langsung terhadap industri pariwisata di Bali, salah satunya pada industri hotel.
Wakil Ketua Umum Indonesian Hotels General Manager Association, I Made Ramia Adnyana mengatakan, terjadi penurunan sebesar 3% tingkat keterisian atau okupansi hotel di pulau dewata, disebabkan bencana erupsi Gunung Agung.
“Rata-rata turun 3%,” kata Ramia ketika dihubungi Jelajah Nusa lewat sambungan telepon, Selasa (28/11/2017).
Dia menyebutnya, sejak bandara I Gusti Ngurah Rai ditutup pada Senin, 27 November kemarin, terjadi pembatalan 445 penerbangan dengan jumlah estimasi penumpang sekitar 59 ribu orang.
Sementara untuk hari ini jumlahnya ada 443 pesawat, terdiri dari 103 penerbangan internasional dan sisasnya penerbangan domestik terpaksa menunda penerbangannya.
“Situasi seperti ini otomatis mempengaruhi tingkat penginapan hotel-hotel di Bali,” sambung Ramia.
Dampak penurunan juga dirasakan terhadap tingkat hunian Hotel Sovereign, Bali. Hotel yang terletak di Jalan Raya Tuban No. 2, Lingkungan Tuban Griya, Kuta ini mengalami penurunan 3% dari okupansi pada hari-hari biasanya.
“Jika rata-rata okupansi kami diatas 75% karena ada yang cancel jadi 72,8%, rata-rata turun 3%,” tutup pria yang juga menjabat sebagai General Manager Hotel Sovereign, Bali.
Sebelumnya dikabarkan, penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali diperpanjang waktunya hingga 24 jam kedepan atau hingga Pukul 06.00 WITA, 29 November 2017.
Keputusan itu diambil berdasarkan hasil pengamatan pusat pengamatan meteorologi yang menyebutkan semburan abu vulkanik dari Gunung Agung telah mencapai pada ketinggian 30.000 kaki bergerak ke arah selatan-barat daya dengan kecepatan 5-10 knots dan masih mengarah ke Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero) Israwadi hari ini mengatakan perpanjangan penutupan Bandara I Gusti Ngurah Rai untuk 24 jam kedepan dilakukan karena mempertimbangkan ruang udara bandara yang masih tertutup oleh sebaran abu vulkanik Gunung Agung.
“Tindakan penutupan ini harus dilakukan demi menjaga keselamatan penerbangan meskipun hasil Paper Test yang dilakukan hingga pukul 00.00 WITA hasilnya NIL Vulcanic Ash,” tambahnya.
Himbauan Gubernur
Dibagian lain, langkah cepat dan simpatik terus diambil pemerintah dalam menyikapi peningkatan aktifitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali. Gubernur Bali Made Mangku Pastika langsung mengeluarkan surat imbauan kepada seluruh pihak terkait industri pariwisata di Bali.
Hal ini dilakukan dalam upaya menjaga stabilitas industri pariwisata yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat Bali. Ini juga untuk menjaga nama Bali agar semakin simpatik di mata dunia.
Dalam surat yang ditujukan pada para pengusaha sarana akomodasi pariwisata di Bali itu, Gubernur meminta tiga hal.
Pertama, Gubernur meminta para pengusaha untuk dapat menyampaikan informasi terkini mengenai perkembangan situasi dan operasional Bandara Ngurah Rai. Informasi yang disampaikan pun harus tepat dan bersumber dari pihak-pihak berwenang.
Selanjutnya Gubernur meminta para pengusaha sarana akomodasi pariwisata untuk memberikan pembebasan biaya akomodasi untuk satu malam pada saat ditutupnya bandara.
Seperti diketahui, saat berita ini dibuat, penutupan Bandar Udara Ngurah Rai kembali ditutup pada Selasa (28/11) pukul 07.00 WITA hingga Rabu (29/11) pukul 07.00 WITA.
Hal tersebut pun membuat 443 penerbangan terdampak dengan jumlah estimasi penumpang mencapai 59.539.
Selanjutnya poin ketiga, para pengusaha sarana akomodasi di Bali juga diminta memberikan harga terendah (best available rate) sesuai dengan kebijakan hotel masing-masing. Hal ini ditujukan bagi wisatawan yang ingin memperpanjang masa menginapnya.
Mangku Pastika mengatakan, Erupsi Gunung Agung dan penutupan bandara secara khusus berdampak secara psikologis bagi wisatawan, terutama yang berada di Bali, sehingga dapat menimbulkan kepanikan bagi mereka.
(adh)