Beri Kesempatan Lulusan STP Jadi Kadispar
JELAJAH NUSA – Kehadiran lembaga Hotel Executive Learning Centre (Helic) yang digagas oleh PT NHI (Nusantara Hospitality Insani) harus bisa menjadi laboratorium pengembangan dunia pariwisata di Jawa Barat. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi sehingga pariwisata di provinsi berpenduduk lebih dari 40 juta jiwa lebih ini tidak jalan di tempat.
“Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) kan ada di Jawa Barat, di Kota Bandung. Nah, sudah seharusnya STP menjadi think tank-nya pariwisata Jabar,” kata Ketua Perhimpinan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar, Rabu (4/10/2017), kepada Jelajah Nusa.
Menurut Herman, STP pasti bisa berkontribusi langsung dalam membantu pemerintah daerah mengembangkan objek wisata. Selama ini birokrat yang menjabat di pos-pos Pemerintah Provinsi maupun Kota banyak dari berbagai universitas.
Sebut saja, Kepala Bappeda dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Kepala Dinas Pendidikan selalu dari Universitas Padjajaran,Kepala Dinas Olahraga Dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
“Pertanyaannya kemudian, kenapa Dinas Pariwisata tidak dari STP saja yang jelas-jelas mereka sangat expert dalam dunia pariwisata. Banyak sekali tokoh-tokoh di STP yang tidak saja mumpuni, tapi memiliki kemampuan lebih,” ujar Herman.
Memang menjadi ironi, tak sampai hitungan lima jari lulusan STP yang ada di dinas-dinas pariwisata, baik di Jawa Barat maupun Kota Bandung.
“Sementara ini, kita gencar ngomong soal pariwisata. Mana yang expert disana, gak ada kan. Mereka adalah birokrat karir. Kita berani gak mengambil langkah yang lebih visioner dalam pengembangan pariwisata di Jawa Barat,” tambah Herman.
Owner Hotel Cihampeulas ini lebih jauh mengatakan suka atau tidak, jujur harus disampaikan, bagaimana pemerintah daerah provinsi Jawa Barat lambat mengantisipasi perubahan global yakni menderunya era digital.
“Kini diseluruh dunia cukup hanya satu klik mereka bisa mendapatkan informasi tentang objek-objek wisata. Daerah lain mulai update day to day di sosial media, apakah itu instragram, facebook,twitter, media online dan lainnya. Bagaimana dengan akun resmi pemerintah daerah (Jabar), sudah sejauh mana mereka melakukan branding. Adakah info-info agenda even yang secara simultan di blast di sosmed dan setiap hari bisa di akses pengunjung,” paparnya.
Apa pun argumentasinya, era digital tidak bisa dilawan. Justru, sebaliknya branding di sosial media ini menjadi penting diperhatikan dalam pengembangan pariwisata di Jawa Barat.
Oleh sebab itu, PHRI bekerjasama dengan STP NHI dalam bulan Oktober ini akan mengadakan diskusi bersama para pakar pariwisata,akademisi, praktisi dan pemerintah.
“Sudahlah, kita stop ngomong-ngomong masalah terus. Mari kita bicara,bagaimana mencari solusi agar pariwisata, khususnya kunjungan wisatawan di Jawa Barat meningkat,” kata Herman, yang hari ini sekitar pukul 13.00 WIB, akan melakukan dialog dengan Dinas Pariwisata Jawa Barat dan Dinas Pariwisata Kota Bandung di Gedung PHRI Jabar.
(adh)