Segera! Film Bioskop Tentang 10 New Bali
JELAJAH NUSA – Dalam rangka memajukan pariwisata Indonesia Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) ikut serta dengan membuat 10 film di 10 destinasi prioritas atau biasa disebut 10 Bali Baru. 10 destinasi wisata Bali baru pertama dikenalkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada 2016, dengan merujuk pada skala prioritas pemerintah.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa dukungan Kemenpar terhadap film Nasional karena pariwisata dan film merupakan bagian dari ekonomi kreatif Indonesia yang tidak bisa dipisahkan. “Kita harapkan film dan pariwisata sangat dekat. Film juga bisa mempromosikan keindahan alam Indonesia,” kata Arief Yahya
Proyek film-film berbasis tempat wisata, 10 di antaranya adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Belitung (Bangka Belitung), Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur di Jawa Tengah, Gunung Bromo di Jawa Timur, Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai (Maluku Utara). Sebelumnya, Kemenpar mendukung hasil karya anak bangsa, seperti film berjudul Trinity: The Nekad Traveler (TTNT) untuk menjadi media promosi destinasi wisata Lampung.
Tonton : TRINITY THE NEKAD TRAVELER (Official Trailer)
Abdur Rohim Boy Berawi yang juga Deputi Riset, Edukasi, dan Pengembangan (DREP) Bekraf mengatakan bahwa sebanyak 10 sutradara dipilih untuk mengerjakan 10 film fiksi panjang yang lokasinya berpusat di 10 tempat wisata prioritas pilihan pemerintah. Seluruh proyek sedang dalam tahap awal dan akan dibawa Bekraf untuk bertemu calon investor dalam forum pendanaan film Akatara 2017.
“Program 10 film berbasis lokasi wisata ini diinisiasi pada Maret 2017 lalu oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) dan Bekraf. Alasannya tak lain adalah menjalankan misi pemerintah terkait penguatan sektor pariwisata dan peningkatan kunjungan turis asing hingga 2019,” ujar Abdur Rohim, dilansir dari liputan6.com pada Selasa lalu.
Lalu BEKRAF menggandeng asosiasi sutradara Indonesian Film Directors Club (IFDC) untuk memilih sutradara yang dinilai tepat dengan rencana tersebut. Para sutradara pun dikirim “ªke 10″¬ destinasi tersebut untuk melakukan riset dan menyiapkan cerita yang cocok. “Mereka menggali budaya dan potensi lokal setempat untuk dijadikan inspirasi dalam pembuatan proyek film mereka. Akan ada sinopsis film yang dibuat dalam bentuk proposal proyek film, yang nanti akan dipresentasikan dalam Akatara,” papar Abdur Rohim.
Akatara adalah program dukungan baru dari Bekraf untuk sub-sektor Film, Animasi, dan Video, berupa forum pendanaan yang akan digelar di Jakarta selama dua hari pada “ª15-16 November 2017″¬. Para calon investor potensial diundang untuk menyimak 40 proyek film yang ditawarkan oleh Bekraf.
Esthy Reko Astuti,Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara mengatakan bahwa film-film yang mengambil latar di destinasi wisata diharapkan lebih dikenal di kalangan traveller dan mampu mendongkrak kunjungan di destinasi wisata yang disajikan. “Apresiasi sekali kepada teman-teman Bekraf dan para sutradara. Karena kita tidak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah. Film merupakan salah satu media yang tepat untuk berpromosi,” kata Esthy.
Esthy menilai, setidaknya ada empat jalur yang dapat mengangkat pariwisata Indonesia yang dilakukan bersama-sama. Konsep ini dikenal ABCGM (academic, bussiness, community, government, media). “Kita kenal di Kementerian itu, pengembangan wisata diperlukan peran akademisi, kalangan business, community seperti menggaet traveller, blogger, komunitas film, dan lainnya. Dua yang terakhir adalah goverment lewat kebijakan dan rekan media sebagai ujung tombak,” papar Esthy.
(RIV)