Sedih, Jabar Terkucil Dari “10 Bali Baru”
JELAJAH NUSA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus menggenjot pengembangan 10 destinasi prioritas atau lebih dikenal dengan nama “10 Bali Baru”. Sayang, dalam deretan destinasi tersebut Jawa Barat tidak masuk di dalamnya.
Yang terbaru, ada top tiga prioritas yang dipersiapkan untuk mempercepat pengembangan yakni Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu dan Kota Tua DKI Jakarta, Borobudur Jawa Tengah, Bromo Tengger Semeru Jatim, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo NTT, Wakatobi Sultra, dan Morotai Maluku Utara.
Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pariwisata III di Hotel Bidakara, Jakarta, belum lama ini, mengaku sudah menyiapkan formula ampuhnya.
“Semua dimonitor. Semua dipetakan critical success factor-nya. Hasilnya, masing-masing daerah punya top 3 program prioritas yang berbeda-beda,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar mengemukakan “terlemparkan” Jawa Barat dari nominasi 10 Bali Baru lebih kepada kurang seriusnya dalam menggarap potensi wisata yang ada di provinsi Jawa Barat.
“Kita tidak pernah fokus dan serius dalam menangani destinasi-destinasi unggulan kita untuk diperhitungkan di Tingkat Nasional,” katanya.
Kalau pemerintah daerah sendiri tidak tau potensi besar ini dan tidak tau mau diapakan, menurut Herman, sampai kapan pun Jawa Barat akan berada di paling belakang.
“Daerah lain sudah berlomba-lomba mempersiapkan destinasi baru, tapi apa yang terjadi di Jawa Barat. Kalau tujuannya saja tidak tau mau kemana, bagaimana mau dianggarkan dan bagaimana dibenahi. Kadang sok cape, ngomong wae,” kata pemilik hotel legend Cihampeulas ini.
Namun demikian, Herman tetap optimis ke depan provinsi Jawa Barat akan mengungguli kawasan lain di Indonesia. Terbukanya Bandara Kertajati adalah momentum dalam menggaet wisatawan mancanegara maupun domestik.
“Masih ada waktu bagi kita untuk mempersiapkan menjadi satu daerah yang unggul, tidak saja dalam hal objek wisata baru, tetapi juga di bidang MICE,” lanjut Muchtar.
Herman berkeinginan, pemangku jabatan segera merubah paradigma dalam pengelolaan pariwisata menjadi seorang enterpreneurship. Berpikir tidak saja dalam hal kebijakan, tetapi juga bisnis oriented.
“Perubahan global harus diantisipasi dengan pola pikir yang lebih progresif. Dahsyat-nya pengaruh digital (media sosial) tak bisa dihindari dan harus menjadi kekuatan untuk makin mempromosikan aset destinasi,” tutupnya.
(adh)
Redaksi: berita ini mengalami perbaikan, Sabtu (30/9/2017), pukul 17.34 WIB