Green Hotel Menjadi Pilihan Wisatawan Mancanegara
JEKAJAH NUSA – Industri-industri yang bergerak di bidang pariwisata, harus dapat memperhatikan konsep berkelanjutan (sustainable) atau juga kerap disebut konsep hijau (green). Indonesia yang memiliki potensi sumber daya alam yang tinggi, penting untuk dapat menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan ini.
Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada tahun ini kembali menggelar ajang penghargaan “Green Hotel Award”.
Ajang dua tahunan yang dimulai pada 2009 ini akan kembali memberi penghargaan kepada industri hotel yang dinilai telah mengimplementasikan prinsip-prinsip ramah lingkungan.
“Green Hotel Award 2017 akan kembali memberikan penghargaan kepada pengelola hotel terbaik yang dinilai telah mengimplementasikan prinsip-prinsip ramah lingkungan,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman.
Rencananya pengumuman peraih penghargaan Green Hotel Award 2017 akan dilakukan di acara Apresiasi Destinasi Pariwisata Indonesia (APDI), besok Jumat (29/9/ 2017).
Nantinya, lima nominasi Green Hotel Award akan diusulkan sebagai peserta dalam ASEAN Green Hotel Award di Chiang Mai, Thailand.
Lebih lanjut Dadang mengatakan, pengelolaan hotel yang ramah lingkungan akan banyak memberikan dampak. Dari sisi bisnis, penerapan konsep ramah lingkungan akan meningkatkan daya saing hotel itu, sehingga akan meningkatkan nilai jual.
Selain itu, wisatawan juga memiliki lebih banyak pilihan. Sebab, gaya hidup “hijau” belakangan sudah menjadi tren yang banyak diminati wisatawan. Sebagai gudangnya natural resources, konsep tersebut tentu akan memberikan efek positif bagi pariwisata Indonesia.
“Wisatawan dunia banyak yang concern terhadap pelestarian lingkungan, sehingga akan menempatkan green hotel yang ramah lingkungan sebagai pilihan dan kebutuhan,” ucap dia.
Karena itu, Dadang berharap, Green Hotel Award dapat meningkatkan kepedulian pelaku usaha hotel terhadap pelibatan masyarakat serta upaya-upaya pelestarian alam dan budaya lingkungan sekitar.
“Serta meningkatkan minat wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara yang semakin peduli terhadap kondisi alam dan budaya untuk berkunjung ke Indonesia,” kata dia.
Terhadap konsep green tersebut, General Manager Sari Ater Hotel & Resort Deprido Reflianto mengemukakan bahwa pihaknya sejak awal terus berupaya untuk tetap concern pada upaya pelestarian lingkungan.
“Konsep sustainable ini sudah berjalan sejak kami berdiri. Sari Ater berkepentingan dengan kelestarian lingkungan sebab wisatawan datang ke Sari Ater salah satunya karena faktor alam. Wisman yang berkunjung ke Jawa Barat selalu mampir kesini,” kata Deprido.
Oleh sebab itu, Sari Ater tentunya sangat mendukung setiap program kegiatan lingkungan, sebagai bentuk kepedulian perusahaan.
Sementara itu, Asisten Deputi Industri Pariwisata, Agus Priyono, menjelaskan bahwa proses penilaian kegiatan Green Hotel Award diawali dengan mengirimkan kuesioner tentang kriteria Green Hotel Award ke semua hotel bintang 4 dan bintang 5 di Indonesia.
Selanjutnya, setelah diisi oleh green team tiap hotel, para juri akan melakukan evaluasi.
“Kemudian peninjauan dan penilaian (dilakukan) secara langsung oleh tim juri Green Hotel Award ke setiap peserta (hotel),” ujar Agus.
Setelah itu, tim juri akan mengevalusasi setiap hasil dari peninjauan dan penilaian langsung untuk kemudian menentukan sepuluh nominasi Green Hotel Award berdasarkan nilai minimum.
“Pemenang Green Hotel Award akan menerima piagam penghargaan dan plakat dari Menteri Pariwisata Republik Indonesia,” ucap Agus.
Adapun penilaian meningkat menjadi 14 kriteria dari sebelumnya 12 kriteria, yaitu kebijakan dan organisasi green team, pengelolaan tapak yang ramah lingkungan, penggunaan bahan baku dan produk ramah lingkungan, serta penyerapan kandungan lokal.
Kemudian pengelolaan konservasi dan efisiensi energi, pengelolaan konservasi dan efisiensi air, pengelolaan kualitas udara dalam dan ruang, ruang bangunan, pengelolaan limbah padatan dan air, pengelolaan lahan sekitar bangunan, serta pengendalian polusi kebisingan/suara.
“Dan juga pengelolaan penyimpanan bahan kimia dan bahan berbahaya, kerja sama dengan komunitas dan organisasi lokal, serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia,” kata Agus.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun mengapresiasi kembali digelarnya ajang Green Hotel Award 2017. Ia mengatakan, pendekatan konsep berkelanjutan yang ramah lingkungan oleh industri sangat penting bagi pariwisata Indonesia karena akan berpengaruh terhadap posisi Indonesia di peringkat daya saing pariwisata dunia.
“Saat ini Indonesia berada di posisi 42 dunia dari data Travel and Tourism Competitiveness Index tahun 2017 dari World Economic Forum. Dan target kita adalah di posisi 30 dunia,” ujar Arief.
Ia mengatakan, Indonesia unggul dari price competitiveness, priorization of travel and tourism, serta natural resources. Namun, Indonesia masih lemah dalam tourism service infrastructure, health and hygiene, dan yang terkait dengan pengelolaan berkelanjutan adalah environmental sustainability.
Berdasarkan data dari World Economic Forum pada 2017, environmental sustainability Indonesia berada di peringkat 131.
“Tiga faktor dengan indeks daya saing terendah ini menjadi PR kita bersama termasuk para pengelola hotel agar segera menerapkan prinsip green hotel. Karena itu dengan dukungan dari industri, khususnya pengelola hotel, tentu akan berdampak pada konsep penerapan pariwisata berkelanjutan. Ujungnya adalah posisi pariwisata Indonesia di dunia,” ucap Arief.
Dia mengatakan, pariwisata mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi bangsa. Apalagi, sebelumnya Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai salah satu tulang punggung ekonomi bangsa.
(adh)