Selangkah Lagi Ciletuh Masuk Unesco
JELAJAH NUSA – Selangkah lagi Kampung Adat Gede Kasepuhan Ciptagelar,Sukamulya,Desa Sinar Resmi,Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akan masuk kawasan Unesco Global Geopark (UGG). Penilaian akhir sudah dilakukan oleh tim UGG, Kamis (3/8/2017).
General Manager Geopark Nasional Citeluh-Palabuhanratu (GM GNCP), Dana Budiman mengemukakan tim asesor UGG melakukan serangkaian penilaian dan penelitian di kawasan Kasepuan Ciptagelar. Mereka melakukan perbincangan dengan pimpinan adat (Sepuh Girang) Abah Ugi Sugriwa Raka Siwi.
“Tidak hanya bertatap muka, tim juga melakukan dialog dengan pimpinan Kasepuhan Ciptagelar. Mereka sangat tertarik dengan kehidupan kampong adat yang masih memegang adat istiadat dan budaya buhun,” jelas Budiman.
Mudah-mudahan ketertarikan pada adat istiadat budaya Sinar Resmi ini,lanjut Budiman, dapat menambah point penilaian. Ia optimis kawasan GNCP dapat direkomendasikan untuk memperoleh penilaian memuaskan sehingga dijadikan kawasan UGG.
“Kendati masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki, tapi saya melihat mereka puas,” tambah Budiman.
Sementara itu Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi Iyos Somantri menambahkan selain Ciptagelar, tim UGG juga mengunjungi bebatuan di Pulau Kunti di Kecamatan Ciemas serta melepas tukik di Taman Pantai Penyu Pangumbahan, Kecamatan Ciracap.
“Di Pantai Pangumbahan di Kecamatan Ciracap mereka melihat konservasi penyu sambil melepas tukik,” jelas Iyos.
Dibagian lain, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menuturkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memperluas kawasan Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, dari dua kecamatan menjadi delapan kecamatan dengan tujuan supaya taman wisata alam nasional ini dapat diakui sebagai Global Geopark oleh UNESCO pada 2017.
“Jika tidak ada perluasan wilayah dirasa sulit Geopark Nasional Ciletuh bisa diakui sebagai Global Geopark. Sehingga dari Ujung Genteng sampai Ciptagelar, nantinya jadi UNESCO Global Geopark Ciletuh Pelabuhan Ratu,” kata Deddy Mizwar
Menurut dia untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki Geopark Ciletuh maka pihaknya membentuk badan pengelola Geopark Ciletuh dan badan pengelola tersebut diisi dari berbagai unsur. Mulai dari Pemerintah Provinsi, Pemkab Sukabumi, tokoh masyarakat, dan para ahli.
“Untuk pergub dan kepgubnya sudah ada tentang badan pengelola Ciletuh,” kata dia.
Ia mengatakan badan pengelola ini nantinya akan bertugas untuk menjaga dan menggali setiap potensi yang dimiliki Geopark Nasional Ciletuh. Kemudian menggelar kegiatan secara berkala sekaligus mempromosikan Geopark Nasional ini.
“Kalau tidak ada badan badan pengelola Geopark Ciletuh bisa habis ini. Begitu ‘week end’ akan banyak pengunjung dan sampah dimana-mana,” ujarnya.
Ia menuturkan pemberdayaan masyarakat juga begitu penting agar Ciletuh bisa terjaga kelestariannya. Masyarakat sekitar harus diikut sertakan dalam menjaga keindahan dan kelestarian Ciletuh.
“Yang harus dilakukan ialah bagaimana mendidik masyarakatnya untuk siap dalam mengelola wisata bertaraf internasional, itu penting. Jangan sampai masyarakat jadi premanisme,” katanya.
Wagub menuturkan pembenahan infrastruktur dan kehadiran Bandara Citarata juga menjadi hal mendasar yang dibutuhkan kawasan wisata alam ini karena dapat menunjang pengembangan Geopark Nasional Ciletuh ini.
Geopark Nasional Ciletuh sendiri memiliki luas sekitar 35 ribu hektare. Kawasan itu meliputi sembilan desa di Kecamatan Ciemas (Desa Tamanjaya, Ciwaru, Girimukti, Mekarsakti, Ciemas, Mandrajaya, Cibenda, Sidamulyo, serta Mekarjaya) dan enam desa di Kecamatan Ciracap (Desa Gunungbatu, Cikangkung, Mekarsari, Ujungggenteng, Pangumbahan, dan Purwasedar). Semuanya ada di wilayah Kabupaten Sukabumi.
(adh/PR)