Saksikan Beringin Sunsang Di TMII
JELAJAH NUSA – Secara historis 9 Agustus 1957 menggenapkan enam tahun masa perjuangan pembentukan Provinsi Riau dari Provinsi Sumatera Bagian Tengah (17 November 1952-5 Maret 1958).
Hal ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957 tentang Pembentukan Provinsi Riau, Sumatera Barat dan Jambi. Kala itu, luas wilayah Riau terdiri 5 kabupaten/kota meliputi Bengkalis, Kampar, Indragiri, Kepulauan Riau, dan Kota Pekanbaru.
Baru pada masa otonomi tahun 2002 dimekarkan menjadi 12 kabupaten/ kota serta Kepulauan Riau menjadi provinsi tersendiri.
Peristiwa mendalam diatas menjadi kenangan sejarah tersendiri bagi masyarakat Riau yang memiliki cita-cita kolektif untuk mewujudkan provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan bathin, di Asia Tenggara Tahun 2020.
Sempena Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Riau ke-60 pada tahun ini, sejalan dengan tugas pokok sebagai show window etalase Riau di bidang kepariwisataan dan kebudayaan, UPT Anjungan Riau Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dibawah Dinas Pariwisata Provinsi Riau sejak Januari 2017 melaksanakan event kebudayaan di TMII.
Berdasar Surat Edaran Gubernur Riau Nomor 003.1/UM/62.13 tanggal 25 Juli 2017 untuk melaksanakan ragam kegiatan memeriahkan HUT Riau, selain tentunya mengenakan pakaian melayu sejak tanggal 1 -9 Agustus 2017.
“In Sya Allah UPT Anjungan Riau TMII Dinas Pariwisata Provinsi Riau akan menyelenggarakan kegiatan Seni Pertunjukan Budaya Melayu Sabtu 5 Agustus 2017 untuk turut merayakan HUT Riau ke-60 sebagaimana rutin kita lakukan setiap tahunnya,” kata Cecep Iskandar, Kepala UPT Anjungan Riau, Selasa (2/8/2017).
Sebagaimana himbauan Gubernur dan arahan Kadis Pariwisata kegiatan ini secara berkala dilakukan bergiliran sesuai tema-tema kekhasan budaya melayu yang tersebar di 12 kabupaten/kota.
“Setelah pernah menampilkan budaya melayu Siak, Kuansing, dan Kampar, untuk kali ini kita akan angkat seni kebudayaan masyarakat melayu Indragiri Hulu,” papar Cecep.
Karenanya melalui kesempatan ini, lanjut Cecep, pihaknya akan menjemput masyarakat Riau yang ada di Jakarta untuk hadir menyaksikan ajang ini, sembari tentunya dapat mengabarkan event ini kepada masyarakat luas agar semakin memahami adat resam budaya melayu Riau.
“Sesuai tageline kita yakni tanah tumpah darah melayu, the homeland of melayu,” terangnya.
Adapun rangkaian seni pertunjukan budaya yang diagendakan adalah pertunjukan Tarian Beringin Sunsang, pertunjukan Tarian Songgam Monggang, penampilan Syair Surat Kapal, upacara cukur rambut dan penabalan nama anak sebagaimana undangan yang disebar.
“Kegiatan diawali dengan penampilan senandung menidurkan anak di ayunan yang dilakukan kaum Ibu asal Rengat Inhu, dilanjutkan lagi dengan penampilan tarian beringin sunsang. Sebuah tarian yang diangkat dari upacara tradisi pengobatan dan tolak bala “Balai Pajang” pada masyarakat Talang Mamak Inhu,” ungkapnya.
Dari rangkaian tadi, baru kemudian penampilan seni tari “Songgam Monggang”, yang diangkat dari kegiatan prosesi adat kematian masyarakat talang mamak yang biasa dilakukan pada hari ketujuh, keempatbelas dan kedua puluh satu hari setelah kematian.
Konon terdengarnya suara burung “monggang” agar si “arwah mati” dapat diantarkan ke surga. Baru di sesi akhir akan dilanjutkan dengan upacara “mencukur rambut” sekaligus penabalan atau pemberian nama anak.
“Menurut kebiasaan adat masyarakat Indragiri Hulu sembari diselingi alunan kalimat barzanji, tetabuhan musik gebane, syair nandung dan gema marhaban”, jelas Syarifah Nuraisyah, staff seksi Anjungan Riau yang mengordinatori kegiatan ini.
Fasilitas yang didapat peserta dari kegiatan ini berupa bebas bea masuk TMII dan santap ragam kuliner khas melayu.
(adh)