Waduk Jatigede Dipersiapkan Menjadi Kembaran Raja Ampat
Sejak resmi digenangi 31 Agustus 2015, tempat itu menjadi awal Kabupaten Sumedang menuju pasar wisata alam yang cukup menjanjikan. Bahkan mulai disebut-sebut Waduk Jatigede menyimpan potensi wisata yang sama menariknya dengan Raja Ampat di provinisi Papua.
Betapa tidak, Waduk Jatigede dengan luas genangan 4.983 hektare, menjadi waduk terbesar di Indonesia bahkan se-Asia Tenggara setelah Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta. Salah satu pemanfaatannya untuk tujuan pariwisata.
Animo pengunjung berwisata ke Waduk Jatigede juga menunjukan traffic sangat tinggi. Baru beberapa hari digenangi saja, ribuan pengunjung berbondong-bondong ke waduk tersebut. Pengunjungnya didominasi para pehobi mancing.
Setiap hari terutama libur Sabtu-Minggu, pemancing mania beramai-ramai datang ke Jatigede. Waduk yang “menenggelamkan” empat wilayah kecamatan itu, seolah menjadi “surganya” para pehobi mancing. Hal itu, seiring dengan upaya Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang beberapa kali menanam jutaan ekor ikan di tengah genangan.
Parkir sepeda motor dan mobil yang dikelola warga setempat, mendadak penuh di beberapa titik lokasi wisata. Parkir kendaraan menjadi lahan usaha baru bagi warga setempat. Membeludaknya pengunjung, dimanfaatkan warga sekitar dengan memasang baliho dan spanduk penunjuk arah memasuki kawasan wisata.
Warung dan kios makanan dan minuman, tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Bahkan kini, masyarakat banyak yang menjual ikan hasil pancingan, termasuk kuliner menu ikan bakar dadakan.
Bupati Sumedang Eka Setiawan yakin bahwa kelak Waduk Jatigede menjadi salah satu tujuan wisatawan, baik domestik atau mancanegara bahkan bisa menjadi kembaran destinasi Raja Ampat di Papua.
Itu sebabnya ia pun memohon Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat agar mengeluarkan regulasi terkait pembagian kewenangan pengelolaan Waduk Jatigede untuk wisata.
Apalagi Waduk Jatigede menjadi waduk terbesar kedua se-Asia Tenggara, setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Oleh karena itu, potensi waduk ini sebagai destinasi wisata kelas dunia sangat terbuka.
“Untuk mewujudkannya, perlu regulasi yang mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten Sumedang. Termasuk, didukung peraturan lainnya,” kata Eka Setiawan, baru-baru ini.
Menurut dia, permohonan menerbitkan peraturan tentang pembagian kewenangan pengelolaan Waduk Jatigede untuk kepentingan wisata, sudah dilakukan. Ia sudah menyampaikannya langsung pada Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, 2 Juni 2017 lalu. Audiensi dilakukan bersama sejumlah instansi terkait di lingkungan Pemkab Sumedang.
Dalam pertemuan itu, juga dikemukakan berbagai aspirasi untuk membangun infrastruktur pendukungnya. Contohnya, perbaikan jalan nasional untuk akses ke kawasan wisata ini. Selain itu, juga dibahas percepatan penyelesaian proyek pembangunan jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan).
Seperti diketahui, jalan tol itu menjadi akses yang menghubungkan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Majalengka.
Eka mengatakan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memberikan respons positif atas aspirasi itu. Mereka sangat mendukung pengembangan destinasi wisata kelas dunia di Waduk Jatigede. Kementerian PUPR akan segera menyelesaikan pembangunan jalan lingkar di sana dan sekitarnya. Mereka bahkan menargetkan pembangunan jalan lingkar ini rampung tahun depan.
“Bahkan pak menteri, akan menjadikan kawasan Waduk Jatigede menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN). Mengingat waduk ini murni akan dipakai untuk objek wisata air destinasi internasional, sehingga kami diingatkan di perairan waduk itu tidak boleh ada keramba jaring apung,” ujar Eka.
(adh)