Penting, Owner Mengerti Bisnis Perhotelan
JELAJAH NUSA – Pertumbuhan hotel di Bandung dan Bali tercatat paling cepat di Indonesia. Meski memiliki dampak positif dengan terkereknya kunjungan wisata di dua daerah tersebut, namun secara riil kondisi ini belum memberikan revenue yang baik akibat tidak terkontrolnya regulasi pemberian izin pembangunan hotel baru.
“Dari catatan yang ada pada kami, setiap tahunnya terjadi peningkatan jumlah kamar hotel per tahun 35 – 37 persen, sementara peningkatan jumlah wisatawan hanya 7 – 8 persen. Artinya makin lama, okupansi hotel makin merosot. Ini menjadi salah satu kesulitan dalam mengelolah hotel,” kata CHA Advisor Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA), Irmansjah Madewa, baru-baru ini.
Seharusnya pemerintah sebagai regulator, membuat suatu aturan yang bisa menguntungkan semua pihak. Jangan justru sebaliknya, makin mempersulit ruang gerak pengelola hotel akibat dengan mudahnya dikeluarkan izin hotel.
“Padahal pada kenyataannya suatu daerah itu, katakanlah Bandung dan Bali sudah jenuh. Jadi, mesti harus ada pembatasan atau pembagian zona hotel yang sesuai kebutuhan,” lanjut Irmansjah.
Menghadapi berbagai problematika diatas maka penguatan sumberdaya manusia (SDM) di bidang menjadi sangat penting. Termasuk pengetahuan bisnis yang harus ditranformasikan ke onwner hotel.
“Membangun hotel dengan 300 kamar itu mirip mengelolah (me-manage) sebuah kota. Yang diurus adalah manusia, disitu ada pemadam kebakaran, engenering, karyawan, tamu hotel itu sendiri. Jadi sangat kompleks,” kata Irmansjah.
Dengan perkembangan global yang begitu cepat seperti sekarang, maka training, inovasi dan kreatifitas harus terus dikembangkan. Apalagi di era milineal ini semua selalu ingin instan atau cepat.
“Dulu, mau reservation hotel harus juah-jauh hari karena hanya mengandalkan travel agency, sekarang semua sudah dilakukan oleh mesin, gadget, dimana dalam hitungan menit sudah bisa mencari kamar hotel dan tak bisa lagi bermain-main dengan harga,” ungkap Irmansjah.
Tanpa disadari banyak para owner yang tidak mengerti kesulitan yang dihadapi ini.
“Mereka hanya menginginkan modal kembali, apalagi harus mengembalikan pinjaman perbankan. Jujur saat ini dunia perhotelan sedang menghadapi masa sulit akibat regulasi pemerintah yang begitu royal dalam mengeluarkan izin pendirian hotel tanpa melihat supply and demand,” lanjutnya.
Irmansjah Madewa sendiri telah menerbitkan buku Road to GM. Tujuan dibuatnya buku ini adalah untuk meningkatkan peningkatan kemampuan diri atau motivasi bagi pembacanya. Buku ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi para hotelier Indonesia di masa keterbukaan ini.
Ada berbagai kumpulan cerita sukses dari para Hotel Manager Indonesia alumni Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) sejak tumbuhnya usaha perhotelan di Indonesia sampai saat ini.
Dalam buku ini juga diceritakan tentang profil GM berdasarkan lokasi, posisi dan brand hotel para GM. Selain itu di buku ini juga di ulas tentang sejarah perhotelan di Indonesia, sejarah STP Bandung dan profil alumninya, mulai dari usia berapakah para lulusan rata-rata menjadi Hotel Manager atau menjadi General Manager.
(adh)