Wisata Batik di Kampung Cikadu, Banten

Pengrajin sedang melakukan proses canting batik tulis. (Foto Irwan/JN)

JELAJAH NUSA – Kampung Cikadu adalah daerah hasil relokasi yang dulu berada di Kalicaah dan beberapa tempat lainnya tahun 1995. Relokasi dilakukan PT Banten West Java, perusahaan tourism development, sebagai pengganti dusun di daerah tersebut.

Secara administratif, kampung ini berada di Desa Tanjungjaya, Pandeglang, Banten. Sekitar 8 kilometer dari Pantai Tanjung Lesung dengan akses jalan yang tidak terlalu lebar. Kontur jalannya beragam, sebagian sudah beraspal, sebagian lagi makadam dan tanah.

Kini Kampung Cikadu namanya mulai tenar dengan kehadiran karya kreatif berupa batik dengan motif khas Pandeglang. Kreativitas tersebut terwadahi dalam satu sanggar bernama Sanggar Batik Cikadu yang dirintis dan dikepalai Toto Rusmaya.

Toto mengatakan, sanggar batik ini mulai dibuka pada 21 April 2015. Keberadaan sanggar tak lepas dari ditetapkannya Tanjung Lesung sebagai salah satu destinasi “10 Bali Baru”. Sebelumnya, kata dia, Pandeglang belum memiliki batik yang khas. Inilah yang menginspirasi Toto mengembangkan Batik Cikadu.

Batik Cikadu pun akhirnya menjadi daya tarik di kawasan pariwisata tersebut yang secara langsung mengembangkan pemberdayaan potensi masyarakat setempat (ecotourism based on community development). Berada di sanggar, melihat karya produk yang tumbuh dari nilai kearifan lokal dan alam, sungguh merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan.

Sebanyak 65 pengrajin berekspresi dan berkreativitas demi nilai tambah ekonomi serta mendorong sektor pariwisata di sana. Sanggar batik ini digairahkan para pengrajin setempat yang sudah terdidik, terlatih dan terampil.

“Sanggar ini sebagai tempat pemberdayaan kreativitas masyarakat untuk belajar dan berekspresi dalam membatik. Semua pengrajin berasal dari Kampung Cikadu dan sekitarnya yang masih berada di Desa Tanjungjaya,” papar Toto sembari memperlihatkan contoh sketsa batik.

Mereka yang datang ke sanggar dari berbagai latar belakang yang berbeda, mulai dari pelajar hingga ibu rumah tangga. Ada sekitar 110 motif batik yang dikembangkan di sanggar tersebut, terdiri dari 60 motif batik cap dan 50 motif batik tulis. Motif batik mencakup potensi alam, seni dan budaya daerah Pandeglang seperti motif badak, biota laut dan gondang lesung. Motif badak bercula satu dan gondang lesung paling banyak diminati karena kekhasannya. Batik Cikadu adalah buah tangan yang khas.

Gapura Kampung Batik Cikadu. (Foto Irwan/JN)

Sejauh ini Batik Cikadu Tanjung Lesung dipasarkan di Pandeglang dan daerah lainnya. Bahkan imbuh Toto, sudah menjadi pakaian batik resmi pemerintah daerah Pandeglang. Satu helai kain batik tulis yang dibuat selama kurang lebih seminggu dipasarkan mulai 600 ribu rupiah. Sedangkan untuk batik cap hanya 120 ribu rupiah.

Selain batik, Kampung Cikadu memiliki banyak potensi daya tarik wisata. Berbagai tradisi juga melekat di sana seperti bancakan alias makan bersama, ada juga pencak silat hingga degung. Kemudian ada pengrajin miniatur badak serta pengrajin atap dan anyaman bambu. Yang tak kalah menarik di kampung ini adalah agro wisata salak birus. Dalam bahasa setempat, kata “birus” punya arti manis. Salak birus mempunyai ukuran dan bentuk yang terbilang mungil. Dagingnya lebih tipis ketimbang salak pondoh. (IA)*

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya